Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Georgia. Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Jimmy Carter menyatakan dirinya bersedia dikirim ke Korea Utara (Korut) untuk mewakili pemerintahan Presiden Donald Trump guna meredakan ketegangan. Carter pernah menjalani misi diplomatik ke Korut pada tahun 1994 silam.
"Saya akan pergi, iya," ucap Carter yang kini berusia 93 tahun, saat ditanya apakah kini saatnya untuk misi diplomatik ke Korut dan apakah dia akan melakukannya untuk Presiden Trump. Jawaban itu disampaikan Carter dalam wawancara dengan media ternama AS, The New York Times, seperti dilansir Reuters, Senin (23/10). Wawancara dilakukan di kediaman Presiden ke-39 AS ini di Plains, Georgia.
Carter yang menjabat Presiden AS tahun 1977 hingga 1981 ini, mengakui dirinya telah berbicara soal hal tersebut dengan penasihat keamanan nasional Trump, Letnan Jenderal HR McMaster, yang juga sahabatnya. Namun sejauh ini selalu mendapat respons negatif.
"Saya memberitahu dia (McMaster-red) bahwa saya bersedia jika mereka memerlukan saya," ucap Carter seperti dikutip The New York Times.
Baca juga: Trump Tegaskan AS Benar-benar Siap Hadapi Ancaman Korut
Saat diberitahu bahwa AS dibuat gugup oleh perang kata-kata antara Trump dengan pemimpin Korut, Kim Jong-Un, Carter menjawab: "Saya juga takut akan situasinya."
"Saya tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Mereka ingin menyelamatkan rezim mereka. Dan kita sungguh menaksir terlalu tinggi pengaruh China atas Korea Utara. Khususnya terhadap Kim, yang sepengetahuan saya, tidak pernah ke China. Dan mereka tidak memiliki hubungan," ujar Carter soal hubungan Kim Jong-Un dengan China.
"Kim Jong-Il pernah pergi ke China dan sangat dekat dengan mereka," imbuhnya merujuk pada mendiang ayah Kim Jong-Un.
Menyebut Kim Jong-Un sebagai orang yang tidak bisa ditebak, Carter khawatir jika pemimpin muda Korut itu berpikir Trump akan mengambil tindakan terhadapnya, maka Korut bisa melancarkan serangan terlebih dahulu.
"Saya pikir dia (Kim Jong-Un) sekarang memiliki persenjataan nuklir yang canggih yang bisa menghancurkan Semenanjung Korea dan Jepang, dan sejumlah wilayah kita yang ada di Pasifik, bahkan mungkin daratan utama kita," ucap Carter.
Pada tahun 1994, semasa kepemimpinan Presiden Bill Clinton, Carter pergi ke Pyongyang untuk berunding dengan Kim Il-Sung, kakek Kim Jong-Un. Perundingan itu membahas program nuklir Korut dan berhasil mencapai kesepakatan. (dtc)