Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Pusat perbelanjaan yang sedari dulu merajai pemenuhan kebutuhan masyarakat, saat ini masa kejayaannya tengah pudar. Terlihat dari beberapa tempat yang sudah mulai ditinggalkan pelanggan, bahkan ada yang tutup.
Pusat perbelanjaan yang mulai gugur adalah Glodok, Roxy, bahkan yang baru-baru ini adalah Lotus Departement Store yang berlokasi di Gedung Jakarta Theatre Thamrin, dan Debenhams yang memastikan akan menutup seluruh toko pada akhir tahun ini.
Menanggapi itu, Ketua Indonesia e-Commerce Association (idEA) bidang Ekonomi Bisnis, Ignasius Untung mengatakan, fenomena ini dikarenakan adanya perubahan pola hidup masyarakat seiring dengan berkembangnya teknologi.
Dengan teknologi, kata Untung, para pelaku usaha digital ekonomi atau e-commerce mulai menjamur di Indonesia, tidak sedikit toko-toko online ini menggantikan peran pusat perbelanjaan yang masih menganut sistem konvensional.
"Dampaknya dari digital yang tertindas, kalau saya capture itu ada roxy, mangga dua, glodok, semua market diambil, ITC Kuningan, Mal ambasador, Blok M Ramayana, memang digital ini satu kekuatan yang tidak terabaikan," kata Untung dalam acara peringatan 71 Tahun Hari Oeang di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/10).
Tidak hanya pada pusat perbelanjaan, Untung mengungkapkan, hampir seluruh sektor sudah mulai menyediakan platform digital ekonominya. Seperti transportasi hingga pembelian tiket.
"Transportasi juga seperti bluebird, express sudah kualahan hadapi uber dan gojek," jelas dia.
Berdasarkan data yang dimilikinya, dari 262 juta penduduk Indonesia, 132,7 juta atau 51% masyarakatnya pengguna internet, sekitar 106,0 juta pengguna media sosial, dan pengguna aktif telepon genggam sebanyak 92,0 juta atau sekitar 35%.
Untuk aktivitas e-commerce, kata Untung, 48% penduduk Indonesia mencari informasi produk online, 46% mengunjungi toko online, 41% membeli produk online, mengenai aksesnya 34% membeli melalui komputer, sedangkan melalui telepon genggam atau smartphone sebesar 33%.
Jika secara keseluruhan, transaksi e-commerce di Indonesia itu pembelinya sebanyak 24,74 juta atau 9% dari total populasi dengan total nilai transaksi sebesar US$ 5,6 miliar.
"Jadi angka transaksi e-commerce lumayan besar meskipun baru 2%, tapi sudah buat panik, bagaimana 60%," ungkap dia. (dtf)