Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Cibinong. Masalah pelik pertanian di Indonesia saat ini salah satunya yakni semakin menuanya usia para petani. Rata-rata, usia petani saat ini di atas 40 tahun.
Imbasnya, kelangsungan ketahanan pangan bisa terganggu.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Hendriadi, saat peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) di tingkat Provinsi Jawa Barat di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (9/11/2017).
"Peringatan HPS menitikberatkan pembangunan pedesaan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya memberdayakan pemuda dengan berbagai usaha produktif di bidang pertanian secara modern dan inovatif. Hal ini agar terwujud Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045," kata Agung.
Dia mengungkapkan, Kementan mendorong lebih banyak petani muda yang menggantungkan hidup dari sawah. Salah satunya lewat modernisasi pertanian. Ratusan ribu alat dan mesin pertanian dibagikan gratis ke sejumlah kelompok tani di berbagai daerah jadi stimulusnya.
"Pembangunan pertanian di tingkat pedesaan saat ini difokuskan pada modernisasi alat mesin pertanian (alsintan) dan berbagai inovasi teknologi. Diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk membangun desa," tutur Agus.
Dia merinci, Kementan telah membagikan 180.000 alsintan seperti traktor, pompa, hingga mesin pemanen. Kemudian perluasan sawah 130.000 hektare, rehabilitasi jaringan irigasi seluas 3 juta hektare, pembangunan embung sebanyak 3.771 unit, pemanfaatan lahan rawa dan gambut seluas 367.000 hektar, serta mewujudkan asuransi usaha tani padi seluas 674.000 hektare sawah.
Dari upaya-upaya tersebut, menurut Agung, sudah ada peningkatan produksi sejumlah pertanian. Malahan, pihaknya membantu hasil pertanian tersebut agar bisa diekspor, terutama yang berasal dari kawasan perbatasan.
"Bulan Oktober 2017 kita telah melakukan ekspor bawang merah dua kali dari perbatasan yaitu ke Republik Demokratik Timor Leste dan Vietnam. Kita juga telah berhasil melakukan ekspor beras ke Malaysia melalui wilayah perbatasan Kabupaten Sanggau," ungkap Agung.
Skala ekonomi yang besar di sektor pertanian modern inilah, sambung dia, yang diharapkan Kementan bisa menarik lebih banyak anak muda terjun ke sawah.
"Peluang ekspor dan meningkatnya perputaran ekonomi yang prospektif diharapkan dapat menarik para pemuda untuk aktif dalam pembangunan," terang Agung.
Menurutnya, jika lebih banyak usia muda yang menggerakkan sektor agraris, tak hanya soal ketahanan pangan yang tercapai, Indonesia juga bisa menjadi lumbung pangan dunia pada 2045.
"Mimpi besar di sektor pertanian untuk mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045 perlu didukung seluruh pihak. Kita telah awali dengan swasembada padi, bawang merah dan cabai pada 2016 serta jagung pada 2017. Target ke depan adalah pencapaian swasembada gula konsumsi dan bawang putih pada 2019, kedelai pada 2020, gula industri pada 2025, dan daging sapi pada 2026," pungkas Agung. (dtc)