Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Penerimaan pajak pada 2017 diperkirakan sulit terealisasi sesuai target yang telah ditetapkan pada APBN-P yakni sebesar Rp 1.283,6 triliun. Banyak pihak yang prediksi penerimaan pajak sampai akhir tahun hanya sebesar 85% sampai 90%.
Jika penerimaan pajak hanya mencapai 87% dari target maka berada di posisi sekitar Rp 1.119 triliun atau terjadi kekurangan penerimaan sekitar Rp 165 triliun. Tentunya hal tersebut akan berdampak pada defisit anggaran dalam APBN-P 2017.
Lalu bagaimana menjaga agar defisit anggaran tetap terjaga sesuai target ?
Ekonom dari PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual mengatakan, pemerintah untuk menjaga defisit anggaran tetap sesuai target maka akan melakukan pengereman belanja pemerintah.
"Kalau defisitnya bisa disetel dari pengeluaran, jadi realisasi pengeluarankan beberapa tahun ini tidak mencapai, jadi justru ini semacam blessing in this guise juga, sehingga defisitnya enggak naik, karena memang belanjanya enggak 100%, biasanya maksimum 90-an%," kata David di Jakarta, Rabu (15/11).
Dia menyebutkan, untuk menutup kekurangan penerimaan pemerintah juga bisa melakukannya dengan utang. Namun, mengingat waktu yang tersisa hingga satu setengah bulan, maka yang paling bisa dilakukan adalah menahan belanja pemerintah.
"Pilihannya ada dua nahan belanja, dan nambah utang, kalau utang kelihatannya dari mana malah ganggu pasar, jadi bisa ganggu bisnis, mungkin lebih disetel dibelanjanya," ungkap dia.
Dia memprediksi, jika pemerintah tidak menahan belanja maka angka defisit anggaran bisa melebar di atas 2,9% bahkan tembus dari batasan undang-undang yang sebesar 3%.
"Makanya yang bisa dilakukan menyetel belanjanya, atau menambah utang, tapi kalau dalam waktu singkat kelihatannya kurang rasional, dan mengganggu pasar juga, jadi yang paling mungkin dilakukan ya itu belanjanya tidak sampai 100% sehingga masih bisa sampai outlook 2,67%," jelas dia.
Sementara itu, Ekonom dari PT Bank Permata Josua Pardede meramalkan defisit anggaran hingga akhir tahun akan berada di level 2,7% terhadap PDB, atau lebih tinggi dari proyeksi yang ditetapkan 2,67%.
Dia menjelaskan, realisasi belanja hingga Oktober 2017 mencapai sekitar Rp 1.537 triliun atau sekitar 72,1% dari target APBN-P tahun ini. Dengan asumsi penerimaan pajak hingga akhir tahun hanya mencapai 85%-90%.
"Menurut saya, dengan asumsi penerimaan pajak sekitar 85-90% dari target dan belanja mencapai 90-95% dari target, maka defisit anggaran mencapai 2,6% sampai 2,7% terhadap PDB," kata Josua.
Dengan tidak tercapainya penerimaan pajak maka pemerintah diharapkan dapat melakukan penghematan belanja rutin sekitar Rp 140 triliun sampai Rp 160 triliun dan mengoptimalkan belanja pemerintah pusat yang belum terserap secara optimal antara lain belanja modal.
"Jadi secara keseluruhan pemerintah masih tetap mendorong efektivitas belanja pemerintah pusat yang disalurkan melalui belanja infrastruktur dan belanja sosial sedemikian sehingga defisit tetap kredibel dijaga di level 3% terhadap PDB," tutup dia. (dtf)