Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Daya beli orang Indonesia jadi perdebatan banyak pihak dalam beberapa waktu terakhir. Ada yang anggap ada pelemahan, namun di sisi lain hanya sebatas perlambatan di beberapa sektor.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan daya beli memang terkait banyak faktor. Inflasi yang rendah bisa meningkatkan daya beli, namun dengan catatan adanya pertumbuhan ekonomi.
"Sebetulnya pemulihan ekonomi berlanjut, perbaikan konsumsi berlanjut cuma memang belum rata," ungkapnya di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (16/11/2017).
Perry menyampaikan berbagai indikator seperti penjualan motor pada kuartal III-2017 yang tumbuh 8,1% dan mobil 7,8%. Kemudian ritel tumbuh sekitar 5-6%.
"Kalau dilihat kelompok ritel yang bagus itu kelompok makanan dan pakaian. Makanan 10% dan pakaian masih 10%," jelasnya.
Penjualan ritel yang turun, kata Perry adalah sektor komunikasi dan peralatan rumah tangga tahan lama yang meliputi alat elektronik dan mebel serta sejenisnya. "Jadi keliatan konsumsi yang memang kebutuhan pokok, tumbuh bagus, itu konsisten di perdagangan dan jasa masih bagus," ujar Perry.
Sementara itu, distribusi peningkatan pendapatan yang bisa dibelanjakan juga tidak merata. Misalnya untuk kelompok menengah atas yang tumbuh cukup tinggi dibandingkan kelompok menengah ke bawah.
"Memang yang belum meningkat tinggi itu untuk kelompok menengah ke bawah, tapi menengah ke atas sudah cukup tinggi. Ini yang kemudian pertanyaannya kenapa," imbuhnya.
Perry menjelaskan, kondisi ini tidak terlepas dari anjloknya harga komoditas sejak 2013 silam. Banyak masyarakat yang tadinya mengalami pendapatan besar, tiba-tiba menyusut cukup tajam."Ini sangat dipengaruhi oleh harga komoditas," tegas Perry. (dtc)