Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - New York. Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres sangat kecewa karena koalisi Arab Saudi yang tengah memerangi pemberontak Houthi di Yaman menolak mencabut blokadenya atas negeri itu. Bahkan pemimpin badan dunia itu menyebut perang Saudi di Yaman sebagai "perang bodoh".
Koalisi Saudi telah menutup pelabuhan-pelabuhan dan jalur penerbangan di Yaman dan perbatasan-perbatasan sejak 6 November lalu. Itu dilakukan sebagai respons atas serangan rudal yang dilakukan para pemberontak Houthi di Yaman. Rudal tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Saudi dan jatuh di dekat Riyadh.
Pejabat-pejabat PBB telah berulang kali meminta koalisi Saudi untuk mengakhiri blokade tersebut, namun tidak dihiraukan. Sampai akhirnya Guterres menulis surat untuk Duta Besar Saudi Abdallah al-Mouallimi pada Kamis (16/11) waktu setempat guna meminta diakhirinya blokade tersebut. Guterres menyebut blokade Saudi telah berdampak buruk pada upaya-upaya kemanusiaan.
"Sekjen sangat kecewa karena kami belum melihat pencabutan blokade," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (17/11/2017).
Dujarric menambahkan, Guterres dan para pejabat tinggi PBB "sedih melihat pemandangan yang kami lihat dari Yaman dan risiko terus berlangsungnya penderitaan rakyat Yaman."
"Ini krisis buatan manusia," cetus Dujarric seraya menambahkan bahwa Guterres menyebutnya sebagai "perang bodoh."
Dalam suratnya untuk Dubes Saudi, Abdallah al-Mouallimi, Guterres meminta koalisi mengizinkan penerbangan-penerbangan PBB ke ibu kota Sanaa dan kota Aden, serta membuka kembali pelabuhan-pelabuhan penting Hodeida dan Saleef di wilayah yang dikuasai Houthi, sehingga pengiriman bantuan kemanusiaan bisa dilakukan. Permintaan langsung kepada Dubes Saudi itu menunjukkan meningkatnya kekhawatiran akan krisis kemanusiaan di Yaman dan penolakan koalisi Saudi untuk membuka akses bagi bantuan kemanusiaan.
Koalisi Saudi beralasan bahwa kapal-kapal yang berlabuh di Hodeida digunakan untuk menyelundupkan senjata-senjata ke pemberontak Houthi. Padahal badan-badan PBB telah mengingatkan bahwa tanpa pengiriman bantuan vital seperti makanan dan obat-obatan, "ribuan korban tak bersalah, termasuk banyak anak-anak, akan meninggal."
PBB telah mencatat Yaman sebagai krisis kemanusiaan nomor satu di dunia, dengan 17 juta orang membutuhkan makanan, yang sekitar 7 juta orang di antaranya saat ini terancam kelaparan. (dtc)