Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno menggelar forum silaturahmi bersama mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso di Balai Kota. Dalam pertemuan tersebut, Sandi mengaku belajar banyak pengalaman, salah satunya pengalaman Sutiyoso dalam mengubah Kramat Tunggak menjadi Jakarta Islamic Center (JIC).
"Jadi konsep-konsep seperti itu mengubah tempat haram jadah menjadi sajadah itu sudah dilakukan pada zaman Bang Yos (sapaan akrab Sutiyoso) jadi bukan hanya Anies Sandi yang memiliki pandangan serupa, Bang Yos dan pemimpin sebelumnya juga sudah punya pandangan," kata Sandi di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (21/11/2017).
Sandi mengungkapkan, ia dan Anies sebagai gubernur-wagub baru harus banyak belajar dari mantan-mantan Gubernur.
"Nah gubernur dan wakil gubenur zaman now mesti banyak belajar sama yang zaman old," kata Sandi.
Dalam kesempatan itu, Bang Yos mengatakan, saat ia ingin menutup Kramat Tunggak, ia juga berkonsultasi dengan mantan Gubernur DKI Ali Sadikin. Kepada Ali Sadikin ia bertanya terkait sejarah Kramat Tunggak.
"Waktu saya mau menutup Kramat Tunggak, padahal itu kan yang bangun lokalisasi Ali sadikin. Jadi saya datangi Bang Ali, saya bertanya sejarahnya gimana, saya minta izin beliau setelah 30 tahun lebih bapak bukan gubernur lagi dan saya gubernurnya, kondisi di sana sudah berubah total di mana lingkungan di sana perlu kita selamatkan dari efek dan dampak negatif lokalisasi itu, dan beliau mengerti," ujar Bang Yos.
Pemprov DKI sendiri baru-baru ini melakukan penutupan pada Hotel Alexis dan Griya Pijat Alexis karena melanggar aturan terkait kegiatan prostitusi. Saat ditanya, apakah ada saran lokalisasi lain untuk ditertibkan, Bang Yos mengungkapkan masih banyak tempat-tempat prostitusi terselubung yang ada di Jakarta.
"Ya kan, sebenarnya masih ada saya yakin beberapa yang terselubung itu masih ada. Tertibkan. Yang paling penting adalah sosialisasi jangan gejolak," ujar Bang Yos.
Menurut Bang Yos, penertiban tempat-tempat prostitusi haruslah dilakukan tanpa menimbulkan gejolak. Sebab, hal tersebut juga berkaitan dengan mata pencaharian serta hajat hidup orang banyak.
"Pengalaman-pengalaman itu juga saya utarakan bagaimana menutup tempat seperti itu tanpa menimbulkan gejolak sosial, terutama penghuninya. Karena saya meyakini mereka melakukan itu karena keterpaksaan. Mereka punya tanggung jawab keluarga, anaknya harus sekolah, nggak bisa kerja lain kecuali itu. Kalau kita bekali kerjaan lain, kita kasih modal, tentu mereka mau alih profesi," ujar Bang Yos.
Bang Yos juga menyampaikan, penertiban Kramat Tunggak yang merupakan prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu membutuhkan sosialisasi selama satu tahun. Sosialisasi tersebut melingkupi sosialisasi mental dan non mental.
"Secara mental saya masukan ustad untuk kasih ceramah mereka, bahwa pekerjaan itu harus kamu tinggalkan. Dan saran non mental kita juga berikan kursus, misal dia mau katering belajar nyalon, kita biayai," tuturnya.
Ia pun yakin hal tersebut juga dapat dilakukan pada masa sekarang. Sebab anggaran yang dimiliki Pemprov DKI saat ini lebih besar dibandingkan pada zamannya dulu.
"Nah saya amat yakin zaman sekarang akan lebih bisa karena anggarannya jauh lebih besar dari zaman saya, sehingga tidak menimbulkan gejolak apapun," tuturnya.
Selain membahas soal Kramat Tunggak, dalam pertemuan itu juga dibahas mengenai TransJakarta. Seperti diketahui, TransJakarta merupakan warisan dari pemerintahan Bang Yos yang merupakan kreator, inisiator, dan bapak TransJakarta. (dtc)