Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Serang. Kepala Dinas Pendidikan Serang Asep Nugraha Jaya menjelaskan kenapa SD Negeri Sadah di Ciruas terpaksa menggunakan bekas kandang kerbau. Beberapa ruangan juga menumpang ke madrasah milik warga.
Pada akhir 2015, menurutnya, sekolah tersebut tergusur rencana pembangunan pusat pemerintahan Kabupaten Serang. Namun, saat itu, pemerintah belum membangunkan fisik penggantinya. Para murid kemudian dipindahkan ke madrasah milik warga untuk menumpang belajar.
Karena murid-murid menumpang, Dinas Pendidikan waktu itu memberikan bantuan berupa perbaikan madrasah dan penataan. Lalu, pada 2016, Dinas Pendidikan menganggarkan untuk pengadaan lahan pengganti.
Namun penganggaran dan proses penggantian lahan dan pembangunan sekolah gagal. Ia tidak mengerti alasannya karena waktu itu belum menjabat kepala dinas.
"Sepertinya ada kendala, tidak dalam posisi ending, ada pembayaran lahan di tahun itu, padahal uangnya ada di APBD 2016," kata Asep saat dimintai konfirmasi detikcom di Kabupaten Serang, Banten, Rabu (29/11/2017).
Setelah Asep dilantik menjadi Kepala Dinas Pendidikan, ia mengatakan anggaran tersebut masuk kembali pada 2017. Ia melakukan proses untuk menyelesaikan masalah di SD Negeri Sadah.
Pada tahun itu, ia membentuk panitia pengadaan gabungan dinas, antara lain Dinas Pekerjaan Umum dan Bagian Umum Sekretariat Daerah. Komunikasi dilakukan dan pengukuran ditentukan sampai 4.700 meter persegi lahan di madrasah akan dibeli oleh pemerintah.
Kemudian tim apraisal yang mengkaji menentukan harga tertinggi Rp 255 ribu per meter persegi. Itu pun, menurutnya, sudah disetujui oleh Tim Pengawal, Pengamanan, Pemerintah, dan Pembangunan Daerah dan Kejari Serang.
Namun, menurut Asep, ketika bertemu dengan pemilik lahan, mereka tidak setuju dengan harga yang ditawarkan Pemkab.
"Kita mau bayar lahan, keluar harga Rp 500 ribu per meter. Ngejedak (jatuh) saya," katanya.
Khusus masalah SD Negeri Sadah, anggaran Rp 1 miliar telah disiapkan. Anggaran itu diajukan kembali pada 2018. Ia juga mengaku sudah berkonsultasi dengan kepala daerah dan Bappeda mengenai masalah ini. Upaya merger ke sekolah terdekat, menurutnya, memang sempat ditolak warga. Hal itu, menurutnya, bisa dipahami karena warga trauma akibat sekolah lama yang tergusur."Saya juga bingung sekarang. Saya ingin anak-anak belajar dalam posisi lebih baik," ucapnya. (dtc)