Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Pasar modal dulu hanya dianggap sebagai alternatif pencarian dana oleh perusahaan. Namun kini cukup banyak perusahaan yang menikmati modal dari lantai bursa.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya, salah satu bank swasta terbesar di Indonesia ini sudah memanfaatkan ketersediaan modal di bursa efek belasan tahun.
"Waktu krisis 1998 dan 2000 kita go public, kita tidak bisa mendapatkan akses ke pasar modal yang lebih besar. Apalagi sebagai bank, bank itu adalah industri yang selalu butuh modal," kata Wakil Presiden Direktur BCA Armand W Hartono di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (11/12).
Menurut Armand pasar modal cukup berjasa bagi perkembangan BCA hingga saat ini. Bahkan nilai kapitalisasi pasar BCA saat ini sudah mencapai US$ 37 miliar atau setara Rp 499,5 triliun (kurs Rp 13.500).
"Dalam setahun kemarin saja kita sudah naik 55%, dibanding tahun lalu peningkatannya 47%. Harga saham BCA sekarang di sekitar Rp 20 ribuan," tandasnya.
Untuk itu, pihaknya mewakili Grup BCA mendorong para perusahaan tertutup untuk bertransformasi menjadi perusahaan publik atau Go Public dengan melakukan penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO).
Bekerja sama dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), BCA menggelar Workshop Road to Go Public with BCA yang bertujuan memberikan awareness dan konsultasi teknis mengenai proses Go Public dan diikuti oleh sekitar 60 Debitur Korporasi dan Komersial BCA yang belum Go Public.
Hadir untuk membuka Workshop Road to Go Public with BCA, Wakil Presiden Direktur BCA Armand W. Hartono, Direktur BCA Rudy Susanto, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio, dan Direktur Utama PT BCA Sekuritas Mardy Sutanto. (dtf)