Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - New York. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyebut konflik Yaman sebagai 'perang bodoh'. Guterres berharap pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bisa mendorong Arab Saudi untuk meredakan krisis kemanusiaan di sana.
"Saya meyakini ini adalah perang bodoh. Saya pikir perang ini adalah antara kepentingan Arab Saudi dan Emirat... dengan rakyat Yaman," ucap Guterres kepada CNN, menggunakan kata-kata kasar yang tidak biasa digunakan seorang diplomat top PBB.
"Yang kita butuhkan adalah solusi politik," imbuh Guterres seperti dilansir AFP, Senin (11/12/2017).
Pada Rabu (6/12) pekan lalu, Trump mengambil langkah langka dengan meminta Saudi, sekutunya, untuk segera membuka akses bagi bantuan kemanusiaan ke Yaman. PBB telah menyebut konflik Yaman memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan jutaan orang terancam kelaparan.
Dalam pernyataannya, Trump meminta Saudi untuk mengizinkan makanan, bahan bakar, air bersih dan obat-obatan untuk disalurkan ke warga Yaman yang membutuhkannya. Namun Trump tidak meminta Saudi mengakhiri pengeboman di Yaman.
Lebih lanjut, Guterres menyebut kondisi di Yaman sedikit mengalami peningkatan. "Saya harap Presiden Trump memberikan banyak tekanan akhir-akhir ini... Banyak bantuan kemanusiaan yang disalurkan masuk," ujarnya.
Guterres berharap agar blokade Saudi terhadap pelabuhan-pelabuhan Yaman segera dicabut. Blokade itu diberlakukan bulan lalu, setelah roket dari pemberontak Houthi di Yaman ditembakkan ke dekat Riyadh.
Beberapa tahun lalu, Saudi dan sekutunya meluncurkan operasi militer melawan Houthi yang menguasai ibu kota Sanaa dan didukung Iran, musuh Saudi. Konflik terus berlanjut hingga kini dan dilaporkan menewaskan lebih dari 2 ribu orang. Sekitar 7 juta orang berada di ambang kelaparan.
"Perang ini, menurut pendapat saya, memicu penderitaan yang sangat buruk bagi rakyat Yaman. Menjadi kepentingan semua orang untuk menghentikan perang ini," tandas Guterres. Prospek perundingan damai yang sempat muncul beberapa waktu lalu, memudar setelah kematian mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Saleh tewas ditembak Houthi usai berpindah kubu dan menyatakan kesediaan untuk berunding dengan koalisi pimpinan Saudi. (dtc)