Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com – Medan. Kinerja pasar finansial Indonesia menjelang berakhirnya tahun 2017 masih menunjukkan arah positif. Pertumbuhan pasar obligasi Indonesia melampaui pertumbuhan pasar obligasi di sebagian besar negara di wilayah Asia, yakni mencapai angka15,79% (YTD) per November 2017.
Angka pertumbuhan ini jauh di atas pertumbuhan pasar obligasi di Negara berkembang dan global yang masing-masing sebesar 7,75% dan 7,02% YTD. Selain itu, pasar saham Indonesia juga tumbuh12,37% (YTD) per November 2017. Tim investasi di PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memperkirakan bahwa tren positif pertumbuhan ekonomi Indonesia ini masih akan terus berlanjut di tahun 2018.
Namun, kekhawatiran mulai membayangi sebagian kalangan investor dengan adanya dua agenda politik di 2018, yaitu pilkada serentak yang akan digelar pada 27 Juni 2018 dan kampanye pemilu presiden yang rencananya akan dimulai sejak 13 Oktober 2018. Chief Economist & Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan menyarankan para investor untuk tetap tenang, Karena kondisi perekonomian Indonesia dan global sangat kondusif.
“Kami memperkirakan di tahun 2018 justru akan terjadi peningkatan aktivitas perekonomian, yang didukung oleh factor domestic dan global. Faktor pendukung dari domestic adalah adanya pengeluaran anggaran pilkada dan pemilu, peningkatan subsidi pemerintah, dan peningkatan belanja pemerintah, termasuk untuk persiapan Asian Games. Beragam hal tersebut akan membantu meningkatkan kinerjae miten yang berorientasi kepasar domestik,” ujar Katarina melalui siaran pers MAMI yang diterima wartawan, Selasa (12/12/2017).
Lebihlanjut Katarina menjelaskan faktor pendukung dari global yang berperan dalam meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2018. “Kami memperkirakan pemulihan ekonomi global masih akan terus berlanjut di 2018. Organisasi moneter internasional atau IMF bahkan telah menaikkan proyeksi PDB global ke level 3,7% di 2018, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya," terangnya.
Ia menyampaikan, situasi global yang kondusif ini akan sangat mendukung perekonomian Indonesia.Dengan peningkatan ekonomi global, pemerintah dapat lebih focus mengejar beragam tujuan ekonomi yang telah dicanangkan sejak awal, dan kinerja emiten yang berorientasi eksporpun dapat meningkat.
“Kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang kuat menjadi daya tarik untuk mengembalikan minat investor asing ke Indonesia, setelah pada periode 2017 terjadi outflow yang cukup besar di pasar saham. Ini akan menunjang kenaikan harga saham, dimulai dengan emiten-emiten berkapitalisasi pasar besar,” ujar Katarina.
Kondisi menjelang pemilu presiden kali ini sangat berbeda dengan tiga periode sebelumnya. Kali ini, katanya, di tahun 2018 atau satu tahun jelang pemilu, kondisi perekonomian global sangat kondusif. Sementara pada 2003 atau satu tahun menjelang pemilu 2004, perekonomian global baru mulai pulih dari kejatuhan dot-comera dan 9/11di AmerikaSerikat. Sedangkan satu tahun menjelang pemilu 2009, dunia sedang dilanda krisis global, dan satu tahun menjelang pemilu 2014, Asia sedang dilanda ‘demam’ akibat US Taper Tantrum.
“Di tahun ini, baik pemerintah maupun Bank Indonesia sama-sama fokus mendukung pertumbuhan ekonomi. Berbagai reformasi kebijakan pemerintah berhasil meningkatkan peringkat Indonesia dalam kemudahan berbisnis secara signifikan dan mendorong peningkatan investasi, baik dari pihak asing maupun investor domestik," terangnya.
Sementara dari sisimoneter, kata Katarina, Bank Indonesia memotong suku bunga acuan dua kali, sehingga membantu menurunkan biaya pendanaan. Selain itu, perbaikan ekonomi yang terjadi secara sinkron di negara-negara maju dan negara-negara berkembang turut mendukung peningkatan ekspor Indonesia. "Faktor-faktor ini lah yang menjadi pendorong pertumbuhan positif perekonomian Indonesia di 2017," ujarnya.
Chief Investment Officer, Fixed Income MAMI, Ezra Nazula mengatakan, peluang investasi di reksadana pendapatan tetap. “Investasi di reksadana pendapatan tetap masih akan memberikan imbal hasil yang menarik di tahun 2018. Beragam faktor positif dari domestik masih akan terus mendukung pertumbuhan pasar obligasi Indonesia.
"Kami memperkirakan inflasi di tahun 2018 akan berada di kisaran 3,3% sampai 4,2%. Dengan tingkat inflasi di level tersebut, maka tingkat imbal hasil investasi di Indonesia yang 6% masih akan menarik investor asing untuk berinvestasi dipasar obligasi Indonesia. Tentunya factor tingkat inflasi yang terjaga, kenaikan peringkat sovereign rating, dan aliran dana investor asing masih akan menjadi factor dominan yang akan ikut mendorong kinerja pasar obligasi Indonesia," terangnya.
Sementara dari sisi global, Ezra meyakini bahwa ada beberapa faktor yang masih harus dicermati, seperti reformasi perpajakan dan kenaikan suku bunga Amerika Serikat oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
“Di tahun 2018, diperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali, masing-masing 25 basis poin (bps). Selain itu, diumumkannya Jerome Powell sebagai Fed Chairman yang baru menggantikan Janet Yellen disambut gembira oleh pasar. Para pelaku pasar memperkirakan karakter Powell yang cenderung lebih berhati-hati akan membuat pengambilan keputusan kebijakan kenaikan suku bunga menjadi lebih smooth dan dilakukan secara gradual, sambil mencermati perkembangan dan dampak yang terjadi,” tuturnya.