Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kejadian luar biasa (KLB) difteri di Indonesia paling tinggi di dunia. KLB difteri terjadi di 28 provinsi serta 142 kabupaten/kota.
"KLB difteri saat ini adalah KLB difteri yang pernah kejadian paling tinggi di dunia. Jadi belum pernah ada di dunia jumlahnya paling banyak dan cakupannya banyak 28 provinsi," ujar Ketua PP Ikatan Dokter Anak Indonesia Aman Bhakti Pulungan saat jumpa pers di kantor IDI Jalan Sam Ratulangi, Jakarta Pusat, Senin (18/12/2017).
Aman membandingkan KLB difteri yang pernah terjadi di Rusia, Afrika Selatan, dan Brasil dengan Indonesia. Kasus difteri di Indonesia yang paling tinggi.
"KLB di Rusia tidak seperti ini. Di Brasil hanya beberapa provinsi. Afrika Selatan juga hanya beberapa provinsi. Jadi Indonesia rekor KLB yang ada di dunia kita harus melawan KLB," tegasnya.
Sebagai pencegahan, IDI dan IDAI mengimbau masyarakat untuk mengikuti imunisasi melalui ORI (Outbreak Response Immunization). Aman mengatakan, ORI menjadi satu-satunya jalan untuk memangkas angka korban jiwa terus bertambah.
"Satu-satunya jalan ini ORI. Kalau ada yang mempertanyakan ORI, kita tanya dia bangsa Indonesia apa tidak," tegasnya.
Imunisasi DPT Penting
Imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) sangat penting dilakukan secara lengkap. Setiap orang harus mengikuti imunisasi DPT sebanyak 8 kali hingga berusia 19 tahun. Namun seseorang bisa terjangkit difteri meski sudah diimunisasi.
"Satu hal bahwa tidak ada di dunia ini upaya manusia yang sempurna. Artinya kemungkinan besar bisa saja. Contohnya seorang guru atau perawat yang terus menerus kontak dengan korban bisa kena. Tapi kecil kemungkinannya," kata Ketua Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ilham Oetama Marsi.
Karenanya Ilham meminta semua pihak mengikuti imunisasi melalui ORI (Outbreak Response Immunization). Langkah itu perlu untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit difteri.
IDI memaparkan sudah 38 anak yang meninggal dunia karena difteri. Sementara 600 anak masih dirawat di rumah sakit karena penyakit yang sama. (dtc)