Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Menjelang akhir tahun 2017, PT Petrokimia Gresik (PG) menjamin ketersediaan stok pupuk bersubsidi.
"Hingga 7 Desember 2017, dari lini I hingga lini IV atau dari gudang produsen, gudang penyangga, gudang distributor hingga kios, stok pupuk bersubsidi PG mencapai 955.905 ton. Angka ini hampir empat kali lebih banyak dari stok ketentuan minimum yang ditetapkan Kementerian Pertanian (Kementan) sebesar 367.497 ton," kata Manager Humas PT PG, Muhammad Ihwan F saat dihubungi lewat seluler, Selasa (19/12/2017).
Adapun alokasi pupuk bersubsidi secara nasional tahun 2017, menurut Ihwan, sebanyak 9,55 juta ton. Dari jumlah tersebut, PG mendapat alokasi 4,93 juta ton atau 51% dari alokasi nasional.
"Dari alokasi 4,93 juta ton itu, PG telah menyalurkan 4,48 juta ton atau 91% dari alokasi yang menjadi tanggung jawab PG," kata Ihwan.
Dikatakannya, sampai dengan 6 Desember 2017, realisasi penyaluran pupuk bersubsidi tanggung jawab PG secara nasional untuk pupuk urea sebanyak 285.289 ton atau 89% dari alokasi sebanyak 321.000 ton.
"Untuk urea PG hanya menyalurkan ke 10 kabupaten kota di Jawa Timur, antara lain Kabupaten Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Tuban dan Magetan," sebutnya.
Selanjutnya, pupuk ZA realisasi penyalurannya sebanyak 931.119 ton atau 89% dari alokasi sebanyak 1.050.000 ton. Pupuk SP-36, realisasi penyalurannya mencapai 790.587 ton atau 93% dari alokasi 850.000 ton.
Selanjutnya pupuk NPK Phonska, realisasi penyalurannya mencapai 1.938.815 ton atau 91% dari alokasi sebanyak 2.131.849 ton. Sedangkan untuk pupuk petroganik (organik) realisasi penyalurannya sampai 6 Desember 2017, mencapai 539.631 ton atau 92% dari total alokasi sebanyak 585.000 ton.
Sekretaris PT PG Yusuf Wibisono mengatakan, dalam penyaluran pupuk bersubsidi, perusahaan berpedoman pada peraturan Menteri Pertanian (Permentan), SK Dinas Pertanian provinsi dan kabupaten/ kota.
"Perusahaan mendistribusikan pupuk bersubsidi berpegang teguh pada 6 Tepat, yaitu, Tepat Tempat, Tepat Harga, Tepat Jumlah, Tepat Mutu, Tepat Jenis dan Tepat Waktu," jelas Yusuf.
Yusuf juga mengatakan, kendala yang sering mereka hadapi di lapangan, di antaranya menjelang akhir tahun, alokasi pupuk bersubsidi di daerah telah habis. Sehingga perusahaan bersama Dinas Pertanian setempat berusaha merealokasi pupuk bersubsidi baik antar tempat maupun waktu.
Realokasi ditindaklanjuti dengan terbitnya surat keputusan dari dinas provinsi atau kabupaten yang menjadi dasar bagi perusahaan dalam merealokasi pupuk bersubsidi.
Kendala lainnya bahwa kebutuhan pupuk lebih besar daripada alokasi pupuk bersubsidi yang sudah ditetapkan, sehingga terdapat gap kebutuhan pupuk yang tidak terpenuhi.
"Untuk mengatasi hal itu, perusahaan menyediakan pupuk non subsidi di kios-kios resmi," jelas Yusuf.
Selain itu, lanjut Yusuf, masih terdapat petani yang belum bergabung dalam kelompok tani dan belum membuat Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Padahal berdasarkan aturan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi petani wajib tergabung dalam kelompok tani dan membuat RDKK.
Karena itu, pihaknya mengimbau kepada petani agar bergabung dalam kelompok tani dan mengajukan RDKK.
Dari segi pemupukan juga kata Yusuf, masih terdapat petani yang menggunakan pupuk secara berlebihan sehingga serapan pupuk menjadi tinggi namun kurang efisien.
Padahal, perusahaan merekomendasikan pemupukan berimbang 5:3:2, yaitu 500 kg pupuk organik Petroganik, 300 kg pupuk NPK Phonska, dan 200 kg pupuk urea masing-masing per hektare.
"Kami terus mensosialisasikan pemupukan berimbang kepada petani. Karena sudah terbukti melalui serangkaian demonstrasi plot di berbagai daerah hasil pemupukan berimbang dapat meningkatkan panen antara satu sampai dua ton per hektare," kata Yusuf.