Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Gereja Ayam, begitu disebutnya oleh warga Pasar Baru, Jakarta Pusat. Di puncak bangunan ini berdiri simbol ayam yang juga sebagai penunjuk arah.
Gereja ini dibangun 1913 dan masuk dalam cagar budaya di DKI Jakarta. Dalam sejarahnya, pembangunan gereja ini memiliki pesan soal kritik sosial di masyarakat era penjajahan Belanda.
Menurut Ketua Majelis Jamaat Pendeta Adriano Wangkey, gereja ayam ini adalah simbol perlawanan dari jamaat gereja yang jamaatnya berasal dari rakyat biasa.
"Pembangunan gereja ini adalah kritik sosial di jaman itu," kata Adriano saat berbincang, Senin (25/12).
Kritik itu merujuk pada gereja Immanuel yang berada di kawasan Gambir, Jakarta Pusat. Pada saat itu, kata Adriano jamaat dari gereja Immanuel berasal dari kelompok bangsawan dan pegawai-pegawai pemerintah Hindia Belanda.
"Kalau gereja ayam jamaatnya berasal dari kalangan rakyat biasa seperti Melayu, Tamil, Tianghoa dan yang lainnya," ucapnya.
"Sementara di Gereja Immanuel dulu untuk gubernur jenderal dan kalangan atas lainnya," sambungnya.
Bangunan gereja saat ini memasuki usia 104 tahun. Lambang ayam yang berada di atas puncak bangunan juga memiliki arti untuk memanggil para jemaat untuk beribadah.
"Kalau ayam kan berkokok di pagi hari dan untuk memanggil jamaat lainnya untuk datang beribadah," terangnya.
Pada tahun 1965, pengelolaan gereja ini diserahkan kepada Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) dan bernama Gereja Pniel. (dtc)