Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Menjelang Tahun Baru seperti sekarang ini, para perantau biasanya akan kembali ke kampung halaman. Begitu juga dengan masyarakat dari Kawasan Danau Toba. Tahun Baru adalah saat yang tepat untuk pulang ke kampung halaman. Selain berkumpul bersama keluarga, tujuan lain dari pulang kampung adalah “menziarahi kenangan”. Salah satu caranya adalah dengan menyantap kuliner khas seperti di masa lalu. Berikut ini adalah tiga kuliner khas yang mungkin salah satunya Anda rindukan.
Tipa-tipa
Tipa-tipa, begitu orang Batak menyebutnya. Kuliner yang satu ini dulunya sempat populer. Ia bisa disantap sekedarnya sebagai cemilan, bisa juga pengganti sarapan. Caranya dengan melarutkannya dalam air panas. Bila dicampur dengan susu, jadilah ia sereal yang menyehatkan.
Tipa-tipa ini cukup unik. Ia dibuat dari gabah padi yang dikeringkan. Kemudian digongseng. Rasanya cukup unik. Tapi rasa bukan satu-satunya alasan orang mencicipi cemilan ini. Gurih dan segar itulah yang membuat orang susah berhenti mengunyah. Sebagaimana hukum cemilan, sekali mencoba, sulit dihentikan. Lidah sulit diajak kompromi. Satu-satunya cara menghentikannya adalah dengan menghabiskannya.
Bahan utama tipa-tipa adalah padi muda yang diolah sedemikian rupa. Padi muda direndam setidaknya selama dua malam. Ditiriskan kemudian digongseng hingga matang. Lalu dalam keadaan panas ditumbuk dan kemudian dibersihkan untuk memisahkan kulit dari isinya. Di tahap akhir, tipa-tipa dicampur dengan gula pasir, garam dan kerutan kelapa.
Dahulunya tipa-tipa dibuat menjelang musim panen. Konon untuk menandai musim panen tiba sekaligus mengucap syukur atas rezeki yang diberikan Tuhan. Selain itu juga menjadi cemilan para petani ketika bekerja memanen padi. Namun karena tipa-tipa sekarang ini sudah menjadi salah satu industri kreatif sekaligus dianggap sebagai oleh-oleh khas dari Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), tipa-tipa ini tidak lagi mengenal musim. Setiap saat jika kita melintas di sepanjang jalan Tobasa, cemilan ini akan bisa kita dapati. Harganya bervariasi. Mulai dari Rp 5.000 untuk satu bungkusan kecil, sekitar 200 gram.
Sasagun
Sasagun adalah makanan ringan tradisional khas batak. Makanan ini dibuat dari tepung beras yang digongseng dengan kelapa dan dicampur dengan gula merah/aren. Namun kini pengembangannya semakin kreatif. Ia juga bisa bisa dicampur dengan nenas atau durian, kacang atau sesuai dengan selera.
Dahulu makanan ini selalu disertakan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang akan merantau, dan juga kepada mereka yang akan pulang ke perantauan. Ini karena sasagun dikenal awet. Ia dapat bertahan selama berbulan-bulan. Kandungan gizinya juga tergolong tinggi. Salah satunya karbohidrat. Tidak heran bila sasagun juga bisa dijadikan pengganti nasi. Sasagun kerap juga dianggap sebagai ransumnya orang Batak Toba. Karena dulunya kuliner ini merupakan bekal bagi para perantau selama di perjalanan, sasagun pun kini menjadi salah satu kuliner yang diincar para perantau yang setiap Tahun Baru pulang ke kampung halamannya.
Mie Gomak
Dibanding keduanya, mie gomak termasuk kuliner yang paling populer. Kini mie gomak bisa kita temukan di berbagai tempat, termasuk di Kota Medan. Mie gomak yang dijuluki spagettinya orang Batak Toba ini, banyak diburu para perantau yang pulang ke kampung halaman.
Dilihat dari sajiannya, mie gomak tidak terlalu beda dengan kuliner sejenisnya. Keunggulannya ada pada bumbunya yang khas. Rasa pedas bercampur getir andaliman, kincong dan santan kelapa menghasilkan kelezatan yang tak terjelaskan. Semakin "maknyus" dengan sayur-sayurannya. Paduan rempah-rempah itu membuat mie gomak hangat di perut. Akan lebih sempurna bila dilengkapi dengan sebutir telur dan segelas teh manis panas. Karenanya tidak heran, pada momen Tahun Baru seperti sekarang ini, hampir semua keluarga Batak Toba, khususnya yang ada di Kawasan Danau Toba, akan menyiapkan hidangan ini sebagai menu utamanya.