Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta - Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengaku pesimistis atas penuntasan kasus teror air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Ia mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk kasus ini.
"Pesimistis dengan penuntasan oleh pihak kepolisian. Sampai detik ini, satu-satunya perkembangan itu adalah sketsa yang muncul di publikasi pada bulan lalu. Padahal sketsa sudah dibuat pada bulan Agustus. Bahkan salah satu majalah nasional sudah buat jauh sebelum itu, kita lihat ini gelap. Satu-satunya jalan yang kita dorong adalah TGPF," kata Dahnil di Restoran Ajag Ijig, Jalan Juanda, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2018).
Pembentukan TGPF, menurutnya, butuh komitmen tinggi dari Presiden Joko Widodo. Ia menyebut belum ada sikap dari Jokowi terkait perkembangan kasus ini.
"TGPF ini butuh komitmen tinggi dari Presiden. Sampai detik ini Presiden belum menunjukkan komitmen tingginya terhadap upaya membongkar kasus ini. Masih berhenti dalam konteks retorika. Pak Jokowi sudah panggil Pak Tito (Kapolri Jenderal Tito Karnavian) 4 atau 5 bulan yang lalu. Perkembangan yang tidak jelas sekarang, Pak Jokowi tidak bersikap," ucapnya.
Dahnil menganggap lambannya penuntasan kasus teror air keras terhadap Novel bisa menjadi batu sandungan bagi Jokowi. Sebab, pemberantasan korupsi merupakan janji politik Jokowi.
"Kalau nggak, ini akan jadi batu sandungan buat Pak Jokowi. Karena janji politik utama Pak Jokowi adalah pemberantasan korupsi," ucap Dahnil.
Hingga saat ini, pihak kepolisian terus mencari siapa pelaku teror air keras terhadap Novel. Dua sketsa wajah terduga penyiram air keras ke Novel pun sudah disebar.
Novel sendiri masih dirawat di Singapura. Ia akan menjalani operasi tahap kedua untuk mata pada akhir Januari 2018. dtc