Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Penurunan suku bunga kredit perbankan periode 2017 lebih lambat dibandingkan penurunan pada suku bunga simpanan.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Suprajarto menjelaskan, lambatnya penurunan karena selama ini bank menggunakan dana dari masyarakat yang disimpan dalam jangka waktu tertentu.
"Penurunan bunga kredit lebih lambat karena sumber dananya dari deposito, kami harus menunggu dulu jangka waktu (jatuh tempo) untuk mengubah suku bunganya," kata Suprajarto saat dihubungi, Kamis (11/1).
Berdasarkan suku bunga dasar kredit (SBDK) bunga kredit korporasi BRI tercatat 10,5%, bunga kredit ritel 9,75%, untuk bunga kredit mikro 17,5%, bunga kredit konsumsi KPR 10,25% dan kredit konsumsi non KPR 12,5%.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) menyebutkan lambatnya penurunan bunga terjadi karena komponen antara bunga kredit dan bunga simpanan sangat berbeda. Bunga kredit memiliki premi risiko yang harus disesuaikan dengan SBDK. Kemudian dari SBDK ada komponen biaya atau overhead cost, hingga profit margin atau keuntungan.
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta menjelaskan, hingga akhir tahun BNI telah menurunkan suku bunga pinjaman. Hal ini untuk mendorong upaya perbaikan ekonomi.
"Penurunan bunga kredit diimbangi juga dengan penurunan biaya dana. Tapi tetap mempertimbangkan aspek likuiditas bank," ujar Herry.
Dari SBDK perseroan, bunga kredit korporasi BNI tercatat 10,25%, bunga kredit ritel 9,95%, bunga kredit konsumsi KPR 10,5% dan konsumsi non KPR 12,5%.(dtf)