Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Memasuki tahun yang baru strategi investasi harus dipersiapkan. Banyak risiko yang akan menjadi sentimen negatif di pasar modal, namun ada pula faktor positif yang akan menjadi bantalannya.
Menurut Kepala Riset dan Strategi Bahana Sekuritas Andri Ngaserin, tahun ini pasar saham Indonesia akan mencari keseimbangan untuk jangka menengah dan panjang. Dia juga sangat optimis karena dukungan bonus demografi serta pemerintah masih akan melanjutkan reformasi struktural.
''Tahun ini pasar akan mencari keseimbangan antara stabilitas makro ekonomi yang terjaga dengan beberapa faktor risiko yang membayangi yakni tren kenaikan harga minyak dunia, perhelatan pilkada serentak di dalam negeri serta kebijakan investasi pemerintah Cina,'' ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (14/1).
Andri menjabarkan, beberapa faktor risiko yang menjadi perhatian investor pada tahun ini di antaranya kebijakan pemerintah Cina yang ingin mengurangi investasi langsungnya di luar negeri dalam waktu dekat termasuk di ASEAN, yang bisa berakibat pada perlambatan ekonomi domestik. Pasalnya, investasi menjadi salah satu pendorong perekonomian Indonesia.
Selanjutnya, tren kenaikan harga minyak dunia yang saat ini berada pada kisaran US$ 66 per barel, lebih tinggi dari asumsi harga minyak dunia yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar US$ 48 per barel. Hal ini akan berpengaruh terhadap defisit transaksi berjalan bila tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau bakal menimbulkan inflasi bila harga BBM subsidi naik.
Kondisi politik di dalam negeri yang akan menghadapi Pilkada serentak serta Pilpres 2019, akan menjadi faktor penentu bagi investor khususnya saat proses Pilkada sedang berlangsung sampai hasil akhirnya. Bila semuanya berjalan transparan dan hasil akhirnya sesuai dengan ekspektasi pasar, akan membawa dampak positif.
Hal positif lain yang akan mewarnai pasar dan perekonomian sepanjang 2018 yakni berlanjutnya belanja infrastruktur dan dana subsidi untuk sosial, serta dana-dana kampanye yang biasanya meningkat jelang Pilkada serta Pilpres akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Ditambah lagi, harga komoditas global yang stabil meningkat khususnya harga batu bara akan memberi multiplier effect terhadap perekonomian.
''Dengan melihat beberapa faktor positif dan risiko yang perlu dicermati, indeks diperkirakan tidak akan banyak bergerak pada semester pertama tahun ini, namun pada semester kedua baru akan terlihat pergerakan yang berarti tergantung pada proses dan hasil Pilkada serta menanti langkah yang akan diambil pemerintah untuk menyelamatkan anggaran 2018," tambahnya.
Bahana pun memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini akan berada pada kisaran 7.000. Bahana juga merekomendasikan delapan saham unggulan yang patut dicermati.
Kedelapan saham itu di antaranya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 8.500, PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan target harga Rp 39.700, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan target harga Rp 11.600, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan target harga Rp 2.174, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan target Rp 3.500, PT Indofood CBP (ICBP) dengan target Rp 10.600, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target Rp 10.000 dan PT Bank CIMB Niaga Tbj (BNGA) dengan target Rp 1.700.(dtf)