Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pemerintah RI melalui Kementerian Pariwisata menjadikan DanauToba sebagai satu kawasan prioritas dalam promosi destinasi pariwisata Indonesia. Ini karena DanauToba merupakan kekayaan alam luar biasa, berupa danau volcano tektonik dariletusan Gunung Toba yang terjadi sekitar 75.000 tahun lalu.
Menurut peneliti utama dan profesor riset pada Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Prof Endi Setiadi Kartamihardja, sebagai satu kawasan geopark atau taman bumi, pengembangan Danau Toba tidak melulu terkait dengan keragaman geologi semata tetapi juga dengan nilai-nilai arkeologi, ekologi, sejarah, budaya maupun ekonomi.
“Sebagai dirumuskan oleh UNESCO mengenai model pemanfaatan warisan kebumian untuk keberlangsungan hidup masyarakat lokal secara berkesinambungan, perlu dikembangkan beberapa kegiatan pembangunan sehingga pengunjung yang datang nantinya ke Danau Toba tidak hanya menikmati alam, tetapi juga mendapatkan manfaat lain terkait dengan kawasan tersebut sebagai taman bumi,” katanya melalui siaran pers yang diterima di Medan, Kamis (18/1/2018)
Saat ini, Danau Toba dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk kegiatan-kegiatan seperti transportasi air, sumber air minum, pembangkit listrik tenaga air, perikanan tangkap dan budidaya, serta pariwisata. Di samping itu, daerah tangkapan air danau juga dimanfaatkan olehberbagai aktivitas seperti pemukiman, hotel dan kawasan wisata, pertanian, peternakan, perkebunan dan kehutanan.
“Pemanfaatan serba guna danau dan daerah tangkapannya yang tidak berorientasi padapembangunan berkelanjutan dan kelestarian ekosistem akan berdampak negatif terhadap timbulnya kerusakan lingkungan,” tambah Endi.
Kegiatan budidaya perikanan selama ini dituding sebagai pencemar utama dan perusak ekosistem Danau Toba. “Padahal, kalau kita cermati, semua pemanfaat perairan danau akanmenghasilkan cemaran yang jika tidak dikendalikan akan merusak ekosistem perairan danau,” ujarnya.
Untuk menjaga keindahan Danau Toba, setiap konstruksi budidaya perikanan diwajibkan untuk ditata sesuai zonasi dan daya dukung yang diperbolehkan sehingga kelihatan indah dan menarik. Hal ini dapat dipadankan dengan kunjungan wisatawan sehingga terjadi kegiatan yang saling mendukung dan harmonis.
“Dengan demikian tidak ada lagi anggapan bahwa budidaya perikanan merusak ekosistem danau,” kata Endi.
Dia mencontohkan Danau Batur di Bali yang luasnya hanya 0,01% dari Danau Toba tetapi masih juga memiliki kegiatan budidaya perikanandan bahkan mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai geopark dunia.
Staf pengajar Fakultas Peternakan Universitas HKBP Nomensen Medan, Pohan Panjaitan, mendukung penyataan Endi. Menurutnya, seharusnya dalam pemanfaatan perairan Danau Toba tidak terjadi egosektor. “Industri budidaya perikanan semestinya dapat mendukung industri pariwisata,” tegasnya.
Apalagi, menurut penelitian Pohan, ikan nila yang dihasilkan oleh aktivitas budidaya perikanan di Danau Toba termasuk yang berkualitas terbaik di dunia. “Oleh karena itu, ada sejumlah strategi yang mesti diterapkan dalam pengembangan industribudidaya ikan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata Pohan.
Misalnya, penentuan zonasi dan penataan ulang lokasi budidaya perikanan. Lalu, penentuan daya dukung setiaplokasi perairan Danau Toba untuk budidaya perikanan. Yang lainnya adalah pengadaan karantina dan sistim bio sekuriti ikan serta penerapan prinsip-prinsip pemeliharaan ikan berkelanjutan dan ramah lingkungan di perairan DanauToba.
“Hal ini harus didukung pula oleh penyusunan peraturan daerah dan penegakan hukum serta peningkatan ketrampilan dan pengetahuan para pembudidaya ikan,” ujar Pohan. Dengan demikian, setiap kegiatan di Dana Toba dan sekitarnya dapat berjalan secara terpadudan harmonis dengan visi yang sama demi keberlanjutan pemanfaatan dan kesehatanekosistem danau bagi kesejahteraan masyarakat.