Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. PDIP, Partai Golkar, dan Gerindra diprediksi bakal bersaing ketat pada Pemilu Legislatif 2019. Bahkan suara Golkar yang sempat lari ke PDIP diprediksi akan 'pulang kampung' ke Golkar.
Prediksi ini merupakan analisis hasil survei yang dipaparkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA di Graha Dua Rajawali, Jl Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (24/1).
"Hanya dua partai, yakni PDIP dan Golkar, yang perolehan suaranya berada di atas Pileg 2014," kata peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, di atas panggung pemaparan.
Dia membandingkan dengan hasil Pileg 2014, yakni ketika PDIP memperoleh 18,95 persen suara dan Golkar meraup 14,75 persen suara. Sedangkan dari survei terbaru yang dilakukan, hasilnya menunjukkan hanya dua partai itu yang mengalami peningkatan di tiga partai papan atas. Di bawah Golkar, ada Gerindra, yang pada 2014 memperoleh 11,81 persen.
Survei dilakukan pada 7-14 Januari 2018. Metodenya multistage random sampling dengan jumlah responden 1.200 orang. Wawancara dilakukan secara tatap muka menggunakan kuesioner, dilengkapi diskusi kelompok terarah (FGD) dan analisis media massa. Margin of error survei ini adalah 2,9 persen.
Pertanyaan untuk responden, "Jika Pileg dilakukan hari ini, partai mana yang Anda pilih?" Berikut hasilnya:
1. PDIP 22,2%
2. Golkar 15,5%
3. Gerindra 11,4%
4. Demokrat 6,2%
5. PKB 6,0%
6. NasDem 4,2%
7. PKS 3,8%
8. PPP 3,5%
9. Perindo 3,0%
10. PAN 2,0%
11. Hanura 0,7%
12. PSI 0,3%
13. PBB 0,3%
14. PKPI 0,2%
Tidak tahu/tidak jawab/belum memutuskan/rahasia 20,7 %
"Kalau kita lihat ranking survei kita, PDIP ranking-nya makin lama makin turun sedikit demi sedikit," kata Rully.
Pada April 2014, tercatat PDIP meraup 18,95 persen, pada Agustus 2017 PDIP disurvei meraup 28,3 persen, pada Desember 2017 turun menjadi 22,7 persen, dan pada Januari 2018 ini akhirnya turun lagi menjadi 22,2 persen.
Golkar juga sempat turun pada Agustus 2017, yakni 11,6 persen dibanding hasil Pileg 2014 sebesar 14,75 persen. Itu karena dipengaruhi kasus e-KTP yang menjerat ketua umum saat itu, Setya Novanto.
"Airlangga Hartarto memberi harapan baru bagi Golkar," kata Rully.
Airlangga mampu mengembalikan pemilih Golkar yang sebelumnya lari ke PDIP gara-gara kasus e-KTP yang menerjang Novanto. Airlangga juga mempunyai daya tarik dari segi janji program sembako terjangkau hingga mendukung program memperluas lapangan pekerjaan dan rumah mudah akses plus terjangkau.
"Pemilih yang sebelumnya lari ke PDIP balik kandang ke Golkar. Basis pemilih PDIP dan Golkar relatif sama, yaitu pemilih menengah ke bawah atau wong cilik," kata Rully. (dtc)