Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memproyeksikan diri mampu meraih pertumbuhan pendapatan menjadi Rp11,941 triliun pada 2018 seiring dengan fokus perseroan menekan biaya pokok penyediaan listrik dan penjualan yang agresif.
General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, Feby Djoko Priharto, mengungkapkan, terdapat dua program besar yang akan dilaksanakannya untuk mengejar proyeksi pertumbuhan pendapatan pada 2018.
"Dari sisi pendapatan, kami proyeksikan akan tumbuh 11,8% atau dari 10,346 triliun di 2017 menjadi Rp11,941 triliun pada 2018," katanya, di Medan, Kamis (25/1/2018).
Dia menjelaskan, secara nasional pada tahun ini perseroan memfokuskan perhatiannya untuk menekan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik. Ini merupakan program pertama karena sebagai perusahan Public Service Obligation (PSO), harga jual/tarif tenaga listrik masih dibatasi dengan ceiling price (pembatasan harga atas).
Kondisi ini, menurutnya, menjadikan PLN memiliki risiko yang besar mengalami kerugian. Oleh karena itu PLN, termasuk di wilayah Sumut, harus ikut berupaya lebih keras untuk melakukan penghematan guna menekan BPP listrik. Jika penghematan dapat dilakukan, maka BPP akan lebih rendah dari harga jual/tarif sehingga akan meningkatkan pendapatan.
Salah satu upaya yang dilakukan PLN Sumut adalah dengan mengonversi bahan bakar pembangkit dari minyak ke gas, khususnya kapal pembangkit listrik atau Marine Vessel Power Plan (MVPP) MV Karadeniz Powership Onur Sultan berkapasitas 2x240 MW.
Kapal yang memasok listrik di Sumut mulai Juni 2017 itu direncanakan beralih menggunakan bahan bakar dari HFO (heavy fuel oil) ke gas bumi pada tahun ini.
"Saat ini enegi primer masih menelan BPP terbesar karena sebagian besar pembangkit masih menggunakan bahan bakar minyak," ujarnya.
Upaya menekan BPP dari sisi bahan bakar juga akan ditopang dengan beroperasinya beberapa pambangkit yang tidak menggunakan BBM, pada tahun ini. Dalam Rencana Umum Pengembangan Ketenagalistrikan (RUPTL) sudah diproyeksikan adanya tambahan daya baru yang akan masuk sistem kelistrikan Sumut.
Di antaranya tambahan daya menjadi 330 MW dari PLTP Sarulla, PLTP Sorik Marapi 50 MW, PLTU Mabar (IPP) 300 MW serta PLTU Pangkalan Susu 3 dan 4 yang berkapasitas 2x200 MW.
"Kami proyeksikan akan ada pertumbuhan konsumsi energi listrik sebesar 10,3% atau dari 10,429 GWH pada 2017 menjadi 10,493 GWH pada 2018," jelasnya.
Upaya selanjutnya yakni mendorong penyelesaian pembangunan jaringan tol listrik ke Sumut. Pengoperaian infrastruktur ini akan dapat menekan BPP secara signifikan karena 'energi murah' yang dipasok dari Sumatra Selatan tersebut berbahan bakar batu bara. Meski murah tetapi memiliki daya cukup besar, bisa ditransfer ke Sumut sampai dengan 400 MW.
Tol Listrik ini akan mengalirkan daya dari Lahat di Sumsel sampai ke Aceh, melalui Sumut. Dia mengakui, pengerjaan proyek ini di Sumut sempat terkendala sejak 2008 akibat permasalahan ganti rugi lahan.
Namun saat ini proses konsinyasi dan pembangunannya sudah hampir selesai dan dijadwalkan pada Maret 2018 mulai beroperasi penuh.
"Dengan kedua upaya itu saja kami yakin akan dapat menekan BPP secara signifikan, jauh di bawah angka BPP saat ini yang sebesar RpRp1.719 per kWh," ungkapnya.
Lebih lanjut Feby Djoko menuturkan, dorongan pertumbuhan pendapatan juga akan dilakukan pihaknya dengan melakukan penjualan yang agresif.
"Tingkat penjualan tenaga listrik pada 2017 yang cenderung menurun mendorong kami melakukan pemasaran yang lebih agresif untuk meningkatkan pendapatan di tahun 2018," sebutnya.
Untuk merealisasikan hal ini PLN Sumut melakukan roadshow Shopping (Diskusi Hangat Potensi Pelanggan Premium dan Kondisi Jaringan), melalui shopping, PLN turut membantu pelanggan dalam mengatasi keluhan terkait instalasi dan jaringan listrik pelanggan serta mengajak para pelanggan tegangan menengah untuk menjadi pelanggan premium.
Dengan shoppig, pelanggan dapat secara langsung menanyakan hal hal seputar jaringan dan instalasi dan dijawab langsung oleh PLN. Tentunya hal ini dilakukan guna memberikan layanan yang terbaik kepada pelanggan, serta kegiatan lain melalui perubahan daya dan peningkatan kualitas layanan. Pihaknya akan gencar mendorong rumah tangga beralih menggunakan energi listrik, terutama kepada mereka yang melakukan kegiatan produksi (home industry). Kampanye tersebut juga akan menyasar hotel-hotel dan restoran.
"Kami memproyeksikan pertumbuhan pelanggan sebesar 4,8% atau dari 3.421.185 pelanggan pada 2017 akan menjadi 3.587.889 di 2018," paparnya.
PLN Sumut juga meyakini bahwa efisiensi operasional juga menjadi bagian dari upaya melakukan penjualan yang agresif, khususnya menekan susut distribusi. "Kalau susut dapat ditekan berarti daya yang bisa dijual juga semakin banyak," ungkapnya.
Secara sederhana susut ditribusi merupakan selisih antara kWh Produksi dengan kWh Jual dalam suatu sistem distribusi. Selisih kWh ini merupakan energi listrik yang terbuang selama proses mulai dari pembangkitan atau sisi sekunder Gardu Induk sampai pelanggan.
Menurut Feby Djoko, pada awal 2016 angka susut distribusi PLN Sumut masih berada di angka 13,38% dan di akhir 2016 sudah mengecil menjadi 10,86%. Angka susut pun semakin membaik di akhir 2017 menjadi 9,08% dan pada 2018 dia optimistis akan mengecil dari persentase itu.