Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Presiden Joko Widodo (Jokowi) selalu mengingatkan pentingnya menggenjot daya saing di berbagai sektor, termasuk pertanian. Nah, saat ini, pemerintah meluncurkan Kurikulum Nasional dan Modul Pelatihan Budi Daya Berkelanjutan dan Pasca Panen Kakao.
Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing kakao. Caranya, dengan memberdayakan petani kakao lewat pelatihan budi daya berkelanjutan dan pasca panen menggunakan rujukan di buku tersebut.
"Kita tidak pernah berhenti berjuang mengembangkan kakao. Kita tahu salah satu sumber ekonomi kita yang berasal dari tanaman adalah kakao," kata Deputi II Bidang Pertanian dan Pangan, Musdalifah, di Kementerian Koordinator Perekonomian dalam sambutan peluncuran buku tersebut di Kantornya, Jumat (9/2).
Melalui penerapan buku ini, diharapkan mampu mengubah cara petani kakao bekerja sehingga membuat produksi meningkat dua kali lipat dari produksi yang dihasilkan sekarang.
Dari aspek pasca panen, petani diharapkan bisa meningkatkan kualitas kakao agar sesuai standar yang diinginkan pasar. Dengan demikian, harga jual biji kakao petani bisa meningkat.
Selain itu, pelatihan terhadap petani menggunakan rujukan tersebut bisa mendukung petani menghadapi kesulitan. Misalnya, masalah mengenai prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktek ekonomi biaya tinggi serta perubahan iklim.
"Kita berbangga sekali sudah punya buku ini. Ini akan tambah semangat bahwa saya petani profesional karena sudah kuasai buku yang sudah dibagikan," ujarnya.
Penyusunan buku ini diawali dengan pembentukan tim pengarah nasional dan tim penyusun yang dibentuk berdasarkan surat No: 110/KPA/I.1/06/17 tentang Tim Penyusun Kurikulum dan Modul pelatihan Budi Daya Berkelanjutan dan Pasca Panen Kakao tahun 2017.
Tim ini dipimpin oleh Kepala Pusat Pelatihan Pertanian. Adapun yang terlibat di dalamnya adalah Kementerian Pertanian, Cocoa Sustainability Partnership (CSP) dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka).
"Kita harus kerja keras supaya petani kita sejahtera, profesional, mandiri dan hasil kakaonya punya daya saing," tambahnya. (dtf)