Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Moskow. Otoritas Rusia menyebut dakwaan mencampuri pilpres Amerika Serikat (AS) yang dijeratkan kepada 13 warganya, sebagai dakwaan absurd atau tidak masuk akal.
"Tiga belas orang melakukan intervensi dalam pemilu AS? Sebanyak 13 orang melawan anggaran miliaran dolar dari Dinas Khusus? Melawan intelijen dan kontra-intelijen, melawan perkembangan dan teknologi terbaru?" ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, seperti dilansir AFP, Sabtu (17/2).
"Absurd? Iya. Tapi inilah realitas politik Amerika modern," imbuhnya sembari menyindir AS.
Dakwaan untuk 13 warga Rusia itu dirilis jaksa khusus Robert Mueller yang memimpin penyelidikan Biro Investigasi Federal (FBI) terhadap dugaan kolusi antara tim kampanye Trump dengan Rusia untuk mempengaruhi hasil pilpres 2016, pada Jumat (16/2) waktu setempat.
Salah satu yang didakwa adalah seorang pengusaha Rusia bernama Yevgeniy Viktorovich Prigozhin yang dikenal sebagai orang dekat Presiden Rusia Vladimir Putin. Prigozhin selama ini dijuluki sebagai 'chef-nya Putin' oleh media-media Rusia, karena perusahan katering miliknya kerap menjamu tamu-tamu Kremlin.
Dalam dakwaan, Prigozhin disebut memanfaatkan beberapa perusahaannya untuk mendanai operasi intervensi pilpres 2016. Selain 13 individu, ada tiga perusahaan Rusia yang juga dijerat dakwaan, yakni Internet Research Agency (IRA), Concord Management and Consulting dan Concord Catering. Dua perusahaan terakhir merupakan milik Prigozhin.
Dakwaan itu menyebut IRA sebagai organisasi Rusia yang terlibat dalam operasi intervensi pemilu dan proses politik, terutama di AS. IRA disebut menjalankan kampanye rahasia untuk menggiring pilpres AS tahun 2016.
Dakwaan itu merinci operasi gelap Rusia yang dimulai tahun 2014 dan bertujuan memecah-belah AS serta mempengaruhi perpolitikan AS termasuk pilpres 2016. Dalam dakwaan itu, Mueller menduga mulai pertengahan tahun 2016, tim Rusia yang diarahkan oleh Prigozhin fokus pada melambungkan Trump dan menjatuhkan capres Partai Demokrat, Hillary Clinton, dalam kampanye pilpres AS.
Diduga, tim Rusia itu melibatkan ratusan orang yang bekerja secara bergiliran dengan anggaran jutaan dolar Amerika. Menurut dakwaan ini, sejumlah anggota tim Rusia mencuri identitas dan menyamar menjadi warga negara AS di Facebook, Twitter, YouTube dan Instagram, dan memposting konten-konten yang mempengaruhi 'sejumlah besar' warga AS.
Tim Rusia ini pada dasarnya bermarkas di kota asal Putin, Saint Petersburg. Namun beberapa dari mereka, yang kini menjadi terdakwa, pernah bepergian ke AS, termasuk ke Nevada, California, New Mexico, Colorado, Illinois, Michigan, Lousiana, Texas, Georgia, dan New York. Kunjungan itu dilakukan untuk mengumpulkan informasi intelijen bagi operasi IRA.(dtc)