Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Manila. Jenazah pekerja rumah tangga (PRT) asal Filipina yang tewas di Kuwait, telah tiba di tanah kelahirannya. Lebih dari 100 kerabat dan pendukung meminta keadilan ditegakkan untuk kematian PRT bernama Joanna Demafelis ini.
Keluarga Demafelis hanya bisa menangis saat peti warna putih yang berisi jenazah PRT berusia 29 tahun itu diturunkan dari pesawat kargo yang tiba di Iloilo, Filipina. Jenazah Demafelis ditemukan membeku di dalam lemari pendingin (freezer) majikannya awal bulan ini. Ditemukan tanda-tanda bekas dicekik pada tubuh Demafelis. Otoritas Kuwait menduga jenazahnya sengaja disimpan di lemari pendingin selama setahun terakhir.
"Keadilan untuk Joanna D Demafelis," demikian bunyi spanduk dan tulis pada kaus kerumunan orang yang menyambut jenazah Demafelis, seperti dilansir AFP, Sabtu (17/2). Seorang anggota parlemen Filipina dan sejumlah pejabat lokal ikut serta dalam kerumunan itu.
Melihat jenazah putrinya tiba, ibunda Demafelis, Eva, hanya bisa berkata 'saya sedih' saat ditanya oleh wartawan. Bibi Demafelis, Rosela, lebih banyak memberikan komentar kepada wartawan.
"Dia tidak pantas mendapat perlakuan yang membuatnya meninggal dunia. Dia dipukuli," ucap Rosela, merujuk pada laporan media lokal yang menyebut Demafelis tewas usai disiksa dan dipukuli. "Dia memutuskan pergi ke luar negeri karena dia ingin membantu orang tuanya memperbaiki rumah yang hancur oleh topan super Yolanda (Haiyan)," imbuhnya, merujuk pada topan yang meluluhlantakkan Filipina tahun 2013.
Rosela juga menyebut Demafelis ingin membiayai kuliah adiknya, Joyce, dengan gaji yang didapat di luar negeri.
Jenazah Demafelis terlebih dahulu tiba di Manila pada Sabtu (17/2) pagi. Dari Manila, jenazah dibawah ke Provinsi Iloilo dengan pesawat domestik. Lalu dari bandara, jenazahnya akan dibawa ke kota asal Demafelis di Sara, Iloilo. Warga setempat berbaris di pinggir-pinggir jalanan untuk mengantarkan kepergian Demafelis. Mobil yang membawa Demafelis dikawal puluhan sepeda motor dan mobil polisi.
Kematian Demafelis ini memperburuk hubungan diplomatik Filipina dan Kuwait. Terlebih setelah Presiden Rodrigo Duterte menuding para majikan di Kuwait kerap memperkosa para pekerja Filipina, memaksa mereka bekerja selama 21 jam setiap hari dan memberikan makanan sisa kepada mereka.
Duterte juga melarang pengerahan pekerja migran ke Kuwait dan memerintahkan sejumlah maskapai untuk memulangkan sekitar 252 ribu pekerja Filipina di Kuwait yang ingin pulang secara gratis.
Sekitar 10 juta warga Filipina diketahui bekerja di luar negeri dan uang yang didapat oleh mereka menjadi 'penyelamat' perekonomian Filipina. Namun perlakuan yang didapat para pekerja Filipina di luar negeri yang seringkali tidak manusiawi, kerap menjadi isu politik di dalam negeri.(dtc)