Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Tahun berakhiran angka 8 memang memiliki kenangan untuk Indonesia. Contohnya krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 dan krisis keuangan pada 2008, ini terjadi secara 10 tahunan.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo yakin siklus krisis 10 tahunan tak akan terjadi di Indonesia. Menurut dia, hal ini tercermin dari sejumlah indikator ekonomi nasional yang membaik.
"Bank Indonesia meyakini bahwa krisis 10 tahunan tidak ada di Indonesia, bisa lihat fundamental ekonomi, inflasi neraca pembayaran, cadangan devisa, defisit transaksi berjalan semuanya dalam kondisi baik," kata Agus di acara kuliah umum, di Perbanas Institute, Jakarta Selatan, Rabu (21/2).
Agus meyakini, stabilitas sistem keuangan sudah cukup baik, seperti kondisi capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal 23%, non performing loan (NPL) yang membaik 2,6% secara gross dan 1,2% secara nett.
Kemudian, kondisi nilai tukar rupiah pada kuartal IV-2017 melemah 1,51% menjadi Rp 13.537 per dolar AS. Namun, rupiah kembali menguat 1,36% menjadi Rp 13.378 per dolar AS pada Januari 2018.
Transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial melalui suku bunga terus berlangsung. Selama periode Januari-Desember 2017, suku bunga deposito dan kredit terus menurun masing-masing sebesar 65 basis poin (bps) dan 74 bps.
"Transmisi melalui jalur kredit masih belum optimal sejalan dengan permintaan kredit yang belum tinggi dan perilaku bank yang masih selektif dalam memberikan kredit baru," ujarnya.
Pertumbuhan kredit 2017 tercatat sebesar 8,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 7,9% (yoy). Di tengah pertumbuhan kredit yang masih terbatas, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, seperti penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, dan medium term notes (MTN) terus mengalami peningkatan sebesar 29,8% pada 2017, sejalan dengan program pendalaman pasar keuangan.
Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2017 tercatat 9,4% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 9,6% (yoy).
Dengan perbaikan ekonomi dan kemajuan program konsolidasi korporasi dan perbankan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan Kredit dan DPK akan lebih baik pada 2018, masing-masing dalam kisaran 10,0-12,0% (yoy) dan 9,0-11,0% (yoy). Ke depan, dalam rangka mengoptimalkan transmisi kebijakan moneter dan makroprudensial, Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan otoritas terkait. (dtf)