Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Sungai Citarum, yang kini direvitalisasi pemerintah, sudah berkali-kali disorot mata dunia. Ketercemaran Citarum bahkan pernah disandingkan dengan Chernobyl, kawasan bencana nuklir.
Sungai Citarum mengalir di Jawa Barat dan DKI Jakarta, terbentang sepanjang 297 km. Ada beberapa sorotan publik dunia terhadap Citarum.
Pertama, media asal Inggris yakni Mail Online (Daily Mail) menerbitkan berita bertajuk "Is this the world's most polluted river? (Apakah ini sungai paling tercemar di dunia?)" pada 5 Juni 2007.
Diceritakan bahwa Citarum pada 20 tahun lalu adalah sungai yang mengalir, ikan-ikan berenang sampai ke jalur irigasi. Namun kini Citarum berubah menjadi saluran limbah sekitar 500 pabrik. Sampah-sampah juga memenuhi permukaan Citarum sampai air sungai ini tak nampak.
Orang-orang yang semula bekerja mencari ikan di Citarum kini telah berhenti mencari ikan. Mereka beralih profesi menjadi pengumpul sampah, karena pekerjaan mengumpulkan sampah kini jauh lebih menguntungkan gara-gara ikan semakin sulit didapat.
Industrialisasi yang dimulai sejak 1980-an turut memengaruhi Citarum. Sungai ini adalah satu dari dua yang air ke Waduk Saguling. Bila Citarum terus tersendat limbah, maka debit air akan berkurang. Generator akan berhenti bekerja. Listrik bisa mati.
Kedua, muncul laporan dari Organisasi nirlaba asal New York yang berfokus di isu lingkungan, Blacksmith Institute. Bersama Green Cross dari Swiss, Blacksmith Institute mengeluarkan laporan bertajuk "The Worlds Worst 2013: The Top Ten Toxic Threats' pada 2013.
Di laporan itu, Citarum masuk pada 10 kawasan paling tercemar di dunia. Citarum bersanding dengan Chernobyl, kawasan di Ukraina yang tercemar gara-gara reaktor nuklir yang meledak pada 26 April 1986 era Uni Sovyet. Selain Chernobyl. Citarum disebut di urutan nomor tiga, Chernobyl di nomor dua, dan nomor satu adalah Agbogbloshie di Ghana. Selain itu, Kalimantan di Indonesia juga disebut di nomor tujuh.
Laporan itu menyebut air Citarum mengandung bahan kontaminasi industrial dan kontaminasi rumah tangga dengan level timbal 1.000 kali lebih tinggi dari ambang batas yang ditetapkan USEPA (Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat) untuk air minum.
Ketiga, media asal Inggris yakni The Guardian menulis berita berjudul "Kota tercemar dan sungai yang teracuni: dampak industri orang kaya" pada 8 November 2013. Mereka memberitakan keterangan dari laporan Blacksmith Institute dan Green Cross Switzerland di atas.
Keempat, Daily Mail menulis lagi soal Citarum di berita 10 April 2014. "Sungai tempat Anda hanya bisa melihat sampah: Dulunya surga Indonesia dan sekarang tersumbat limbah rumah tangga dan limbah kimia berbahaya dari pabrik tekstil," begitulah tulis Daily Mail (Mail Online).
Mereka mengutip laporan Channel 4 pada acara Unreported World. Disampaikan, ada kandungan merkuri dalam limbah. Air sungai bisa berubah warna merah, hijau, kuning, dan hitam karena limbah tekstil. Kabarnya banyak merek-merek terkenal punya hubungan dengan pabrik tekstil yang membuang limbahnya di Citarum.
"Laporan Greenpeace tahun lalu (2014) menyatakan satu dari pabrik tekstil di Citarum-PT Gistex Group-punya 'hubungan bisnis' dengan Gap, H&M, dan Adidas," demikian tulis Daily Mail.
Terbaru, ada Bencheghib bersaudara dari Prancis yang bergerak menggugah kesadaran di Citarum. Mereka adalah Gary Bencheghib dan Sam Bencheghib yang mengayuh sampan yang terbuat dari limbah botol-botol plastik. Mereka membuat video dan menyebarkannya di internet.
Video itu menjadi viral, hingga akhirnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak mereka membuat video blog bersama pada Kamis (22/2/) kemarin.
Kini, Presiden Jokowi meniatkan merevitalisasi Citarum. Dia menetapkan target, revitalisasi harus selesai selama tujuh tahun. Diharapkan, Citarum bisa bersih pada tujuh tahun lagi. Namun kini revitalisasi berkonsentrasi pada hulu sungai terlebih dulu. (dtc)