Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Moskow. Otoritas Rusia menyebut tudingan Inggris soal pihaknya patut disalahkan atas upaya percobaan pembunuhan eks mata-mata, Sergei Skripal, sebagai 'tudingan gila'. Rusia menegaskan sedang mempersiapkan langkah balasan untuk Inggris.
Saat berbicara di hadapan parlemen Inggris pada Rabu (14/3) waktu setempat, Perdana Menteri Inggris Theresa May terang-terangan menyatakan Rusia patut disalahkan atas serangan gas saraf Novichok terhadap Skripal (66) dan putrinya, Yulia (33). Kini keduanya masih kritis di rumah sakit.
PM May juga mengumumkan pengusiran 23 diplomat Rusia di Inggris, yang diberi waktu seminggu untuk angkat kaki. Menanggapi ini, Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataan resmi menyebut Inggris sengaja memilih konfrontasi dengan pihaknya.
Dalam pernyataan terpisah, seperti dilansir Reuters, Kamis (15/3/2018), juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyatakan Rusia masih menyusun langkah-langkah balasan untuk Inggris, terutama menyikapi pengusiran para diplomatnya. Pengusiran 23 diplomat Rusia itu tercatat sebagai yang terbesar dalam tiga dekade terakhir di Inggris.
"(Pernyataan PM May) Tudingan-tudingan yang sungguh gila terhadap Federasi Rusia, negara kita, seluruh rakyat kita," sebut Zakharova kepada wartawan setempat.
"Dalam keterkaitan dengan langkah Inggris yang tidak bersahabat terhadap Rusia, kami berencana untuk mengambil langkah-langkah balasan, tanpa keraguan... Langkah-langkah itu kini masih disusun dan akan diberlakukan dalam waktu dekat," tegas Zakharova.
Lebih lanjut, Zakharova menuding Inggris enggan bekerja sama dengan Rusia dalam penyelidikan insiden Skripal. Inggris dituding enggan membuka akses dan berbagi informasi dengan Rusia mengenai insiden Skripal.
"Kami sungguh prihatin atas apa yang terjadi beberapa hari lalu di wilayah Inggris, kami memandang dengan kekhawatiran besar seluruh informasi yang kami terima soal penggunaan senjata kimia di wilayah Inggris," sebut Zakharova.
"Inggris menolak memberikan informasi faktual soal kasus ini. Tidak disebut soal, contohnya, memberikan sampel zat yang ditemukan di lokasi kejahatan kepada Rusia," imbuhnya. "Saya bisa memastikan sekali lagi, Inggris tidak memberikan informasi apapun kepada Rusia, setiap rincian yang mungkin menjadi titik terang dalam situasi ini," tandas Zakharova. (dtc)