Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengutip novel fiksi terkait pidato 'Indonesia bubar tahun 2030'. Menilik hal ini, Prabowo diharapkan tidak menjadi capres fiktif.
"Kita Anggap saja itu warning yang baik untuk bangsa. Agar kita dapat semakin memperkuat kemandirian di segala bidang," ujar Wasekjen PKB Daniel Johan dalam perbincangan, Kamis (22/3).
Hal tersebut dia sampaikan saat menanggapi soal Prabowo yang ternyata mengutip novel fiksi 'Ghost Fleet' mengenai isu 'Indonesia Bubar tahun 2030'. Daniel pun berharap agar Indonesia bisa memiliki daya saing tinggi sehingga bisa menjadi negara hebat, bukan malah bubar seperti yang disebut eks Danjen Kopassus itu.
"Di tengah persaingan global dan perang dagang dunia, Indonesia jangan sampai hanya jadi sasaran eksploitasi pasar dan sumber daya. Dan dalam nawacita Presiden Jokowi sudah sangat kental mewujudkan kemandirian ini," tuturnya.
Daniel berharap pidato Prabowo tidak menjadi polemik berkepanjangan. Dia pun yakin Prabowo tidak bermaksud buruk saat membicarakan 'prediksi' negara ini akan bubar.
"Dunia saat ini berubah dengan begitu cepat, dulu banyak film-film yang dianggap fiksi, beberapa malah menjadi kenyataan, tapi saya rasa Pak Prabowo menyatakan itu tidak hitam putih," kata Wakil Ketua Komisi IV DPR itu.
"Semangatnya pasti baik untuk mendorong agar bangsa kita lebih waspada. Masyarakat mungkin lebih menunggu jangan sampai Pak Prabowo jadi capres fiksi," sambung Daniel sambil berkelakar.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun. Menurutnya, Prabowo perlu memberi klarifikasi mengenai pidato yang disampaikannya di UI ketika menghadiri peresmian dan bedah buku 'Nasionalisme Sosialisme dan Pragmatisme Pemikiran Ekonomi Politik Soemitro Djojohadikusumo' pada 18 September 2017 itu.
"Sekarang beban pembuktiannya ada dalam pundak Prabowo, bila dalam beberapa hari ke depan tidak dilakukan (klarifikasi), khawatirnya nanti orang bisa mencapnya sebagai capres fiktif," kata Rico terpisah.
Rico mengaku tak habis pikir dengan cara Prabowo mengutip novel fiksi saat memberi sambutan ilmiah. Apalagi ketika itu, Prabowo tengah membicarakan politik.
"Saya sebenarnya tidak terbayang bila figur seperti Prabowo menggunakan buku non-fiksi sebagai literatur utama dalam pidato politik. Kegemaran Prabowo dalam membaca buku dan penguasaan bahasa asing sepertinya sudah jamak diketahui orang," urainya.
Prediksi Rico, Prabowo membuka kontroversi soal Indonesia bubar tahun 2030 sebagai salah satu srategi menuju 2019. Prabowo dinilai perlu mencari panggung karena sudah lama istirahat dari panggung politik.
"Saya menduga ungkapan kontroversial 2030 lebih pada strategi pancingan menuju 2019. Apalagi elektabilitasnya walaupun dalam urutan kedua tapi terus menurun dari bulan ke bulan," kata Rico.
"Ungkapan kontroversial ini bila dikelola dengan tepat menjadikan Prabowo dalam pusaran utama perbincangan, setelah sekian lama absen," tambahnya.
Prabowo pun dinilai seharusnya mengajukan argumen logis yang mendukung ungkapannya soal Indonesia bisa bubar. Bila tidak, elektabilitas Prabowo disebut akan semakin turun.
"Bila ternyata ungkapan ini bukan hanya inspirasi tapi setelah diteliti menjiplak full dari novel nonfiksi itu dan Prabowo tidak mampu menyampaikan argumen logis, elektabilitasnya justru bisa terjun bebas," tukasnya.
Diberitakan sebelumnya, Prabowo berpidato Indonesia bisa bubar di tahun 2030. Pidato itu ternyata merujuk novel fiksi berjudul 'Ghost Fleet' karangan PW Singer dan August Cole.
Gerindra sudah membantah soal ini. Waketum Gerindra Edhy Prabowo menepis kabar bahwa Prabowo hanya mengutip novel.
"Nggak, beliau baca sejarah. Beliau tahu, baca buku. Jadi tidak mungkin beliau (memprediksi 2030) hanya karena fiksi itu," tegas Edhy di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (21/3).(dtc)