Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Lukisan mural becak Medan karya Ernest Zacharevic, pria berkebangsaan Lithuania, yang dibuatnya pada bulan Februari 2017 di sebuah tembok Jalan Perdana, Medan dan dikabarkan sempat hilang pada awal Maret 2018, kini kembali dipasang oleh sang pelukis, Kamis (22/3/2018).
Mendengar salah satu karya yang dibuatnya itu hilang, Ernest yang tiba pada hari Minggu (18/3/2018) di Kota Medan merencanakan memperbaiki karya mural yang bergambar becak Medan dan merupakan ikon Kota Medan itu.
Dalam keterangannya, Ernest menyampaikan bahwa lukisan mural karya tangannya yang sempat viral di media sosial tersebut merupakan projek dalam kampanye pelestarian hutan dan dan lingkungan.
"Saya berkolaborasi dengan NGO lokal dan juga internasional. Kami membuat kampanye di ruang publik dengan lukisan mural, yang tujuannya mengkampanyekan pelestarian hutan dan lingkungan," kata Ernest.
Dia menambahkan, rencananya ia akan menambah karya seni mural di beberapa titik, salah satunya di kawasan Jalan Sekip, dekat bundaran Jalan Gatot Subroto. Hal itu masih dalam satu rangkaian proyek dari kampanye Splash and Burn yang digalang bersama seniman lainnya.
"Nantinya kita akan mendatangkan artis mural penuh talenta asal Portugal. Dia akan datang ke Medan untuk berkontribusi dalam proyek kampanye pelestarian lingkungan dan hutan ini," ungkap Ernest.
Orangutan Information Center (OIC), salah satu lembaga yang bekerja sama, mengapresiasi langkah yang dilakukan Ernest. Dengan adanya kampanye pelestarian hutan dan lingkungan khususnya orangutan, melalui seni, lebih mudah dipahami masyarakat.
"Kita melihat antusias masyarakat terhadap seni sangat tinggi. Oleh sebab itu kita gunakan seni sebagai daya tarik dalam mengkampanyekan pelestarian alam dan lingkungan," kata Direktur OIC Panut Hadisiswoyo.
Pada kurun waktu dua tahun terakhir, Ernest sudah membuat kurang lebih 15 karya seni. Teranyar, dia bersama koleganya berhasil membuat tulisan "SOS" di tengah ladang sawit pada kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).