Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli kembali menyinggung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dia menyindir kebijakan Sri Mulyani mengenai penggunaan kartu kredit untuk pembelanjaan dan pembayaran Kementerian/Lembaga yang menggunakan anggaran pendapatan belanja negara (APBN).
Sri Mulyani pun sepertinya enggan menanggapi sindiran Rizal Ramli tersebut. Ketika ditanyakan oleh awak media di sela-sela acara Bank Dunia dia hanya terdiam.
"Sudah ya," tutur Sri Mulyani sambil menyunggingkan senyuman singkat di Energy Building, Selasa (27/3).
Ketika awak media menanyakan tentang perihal lain, Sri Mulyanipun masih memberikan jawaban. Meskipun dia menanggapi sambil berjalan cepat.
Lalu awak media kembali menanyakan hal itu. Sri Mulyani tetap terdiam sambil melempar senyum dan kemudian masuk ke mobil.
Sebelumnya Rizal Ramli mengaku heran dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati tersebut meskipun kebijakan tersebut untuk modernisasi pelaksanaan anggaran.
"Saya bingung Menteri Keuangan mengeluarkan aturan pakai kartu kredit, bagaimana biaya transaksinya kan besar, bunga kredit tinggi bisa 30%. Tidak ada di negara lain transaksi kenegaraan pakai kartu kredit. Jangan-jangan ada likuiditas missmatch," ujar Rizal Ramli di Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (26/3) kemarin.
Pria yang terkenal dengan julukan 'Rajawali Ngepret' ini meminta DPR untuk menegur Kementerian Keuangan yang mengeluarkan kebijakan transaksi kartu kredit tersebut. "Kami minta DPR untuk galakan dikit gitu," kata dia.
Rizal juga mengatakan, Menteri Keuangan saat ini kurang memiliki inovasi dalam pembayaran utang negara yang sudah tembus Rp 4.000 triliun. Menurut dia, pemerintah seharusnya bisa menukar utang bunga mahal dengan bunga yang murah.
Dia menyebut, Sri Mulyani jangan hanya berbicara soal ekonomi prudent, padahal semuanya defisit seperti neraca perdagangan, neraca pembayaran dan primer balance.
"Itu buat primer balance negatif dan sudah lampu kuning. Kalau Menkeu katakan prudent, come on 1998 defisit kita kecll, tapi begitu ada angin topan langsung krisis. Jadi saya minta Menkeu jangan sembarangan, jangan ngomong prudent, kalau primer balance positif bukan gali lobang dan bikin lobang lebih dalam," ujar dia. (dtf)