Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga tomat dan wortel di tingkat petani Kabupaten Karo kembali anjlok. Saat ini harga kedua komoditi unggulan tersebut hanya Rp 500/kg.. Akibatnya, banyak petani yang membiarkan tanamannya tidak dipanen atau membusuk di pohonnya.
Anjloknya harga kedua komoditi tersebut selain over produksi, khusus untuk wortel juga disinyalir akibat banjirnya wortel impor dari China.
"Itu laporan yang kami terima dari pemain pasar yakni pedagang besar dan eksportir," kata Humas Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Lilik Suhendro ketika dihubungi lewat seluler, Rabu (4/4/2018).
Memang, kata dia, sebelumnya sudah ada pertemuan dengan pemain pasar untuk membentuk asosiasi terkait pemasaran wortel di Karo dan mereka berjanji akan menampung wortel petani dengan harga Rp 1.500/kg.
Namun ketika panen tiba, kata dia, pengiriman wortel dilakukan, 'buyer' menolak membeli wortel yang dikirim tersebut karena kualitas wortel yang tidak sesuai keinginan buyer.
"Makanya pemain pasar tidak jadi menampung wortel petani. Mereka juga mengatakan wortel impor dari China juga banyak masuk ke tanah air. Itulah laporan yang kami peroleh dari pedagang-pedagang besar di Karo," kata Suhendro.
Padahal, kata Suhendro, pasar wortel Karo selama ini sudah cukup luas, antara lain menyasar Papua, Kalimantan, Sulawesi, Jakarta dan Bandung. Tapi karena wortel impor masuk, membuat permintaan pasar menjadi rendah. Sedangkan untuk tomat, anjloknya harga karena produksi yang berlimpah.
Sebelumnya, Manta Manullang, petani tomat dari Desa Tiga Panah, Kecamatan Tiga Panah Karo berharap harga tomat segera membaik. Dengan begitu petani tidak merugi.
"Saat ini petani rugi besar, tomat yang dipanen hanya dihargai Rp 500 per kg dan itupun tidak laku," kata Manta yang memiliki 1.000 pokok tanaman tomat.
Bahkan kata Manta, rendahnya harga tomat membuat petani tidak memanen tomatnya dan membiarkan busuk di pohonnya. Karena biaya untuk panen tidak tertutupi dengan hasil penjualan.
"Daripada rugi dua kali lebih baik kita biarkan busuk," kata Manta yang bingung membayar utang ke kios pupuk dan pestisida.
Karena umumnya petani ngutang dulu ke kios-kios pupuk untuk membeli pupuk dan obat-obatan begitu juga dengan benih yang akan ditanam.
"Kalau harga anjlok seperti ini, bagaimana kami mau membayar utang ke kios? Kios tidak mau tahu, harga anjlok atau tidak, yang penting siap panen utang harus dibayar," ujarnya.
Hal yang sama juga dikatakan Sampang Malem Ginting, petani tomat dan wortel di Desa Bulan Julu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Menurutnya saat ini tomat dan wortel hanya Rp 500/kg.
"Minggu lalu harga tomat masih Rp 1.500 dan sekarang hanya Rp 500/kg. Begitu juga dengan wortel pada bulan Januari lalu harganya masih Rp 1.500 tapi sekarang tinggal Rp 500/kg. Kasihan petani, jangankan untung, balik modal saja tidak dapat," kata Sampang.
Sampang heran, jika memang over produksi yang membuat harga anjlok, mengapa tahun-tahun sebelumnya juga tidak pernah harga sampai Rp 500/kg di saat produksi juga melimpah.
"Dugaan wortel impor yang membanjiri pasar dalam negeri bisa jadi benar. Karena itu pemerintah diminta untuk bersikap pro petani. Jangan petani disuruh menanam tapi pasar tidak dijaga," kata Sampang.
Menyahuti wortel impor yang diduga marak di pasar dalam negeri, Kabid Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut, Misbah, mengatakan, pihaknya tidak sependapat jika anjloknya harga wortel disebabkan oleh wortel impor.
Karena menurut dia, Menteri Pertanian tidak mengeluarkan rekomendasi impor wortel. Karena itu Menteri Perdagangan juga tidak mengeluarkan izin impor wortel.
"Jadi tidak benar ada wortel impor beredar di pasar. Karena wortel impor harganya juga lebih mahal," ujar Misbah.
Dia juga menjelaskan, anjloknya harga tomat dan wortel disebabkan produksi yang berlimpah.