Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com – Medan. Sudah benarlah ketika di antara program kegiatannya pihak Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) membedakan pergelaran seni sastra dengan pergelaran seni teater. Karena memang, seni sastra dan seni teater jelas dua bidang kesenian yang berbeda.
Lantas, mengapa pula bisa terjadi sebuah program kegiatan TBSU yang diberi tajuk “Pergelaran Seni Sastra”, tapi yang disuguhkan pementasan teater dengan judul naskah “Kapai-Kapai” karya Arifin C. Noer?
Pementasan oleh Komunitas Teater Medan ini disutradarai Ahmad Munawar Lubis, di Gedung Utama TBSU, Jalan Perintis Kemerdekaan No 33 Medan, Sabtu (7/4/2018) sore.
Sejumlah seniman di lingkungan TBSU, di antaranya Yondik Tanto yang merupakan Pimpinan D’Lick Theatre Team, mengaku bingung dengan kejadian itu. Saat dikonfirmasi kepada Kasi Pergelaran TBSU,Syamsul Tanjri, Rabu (11/4/2018), dia mengatakan pihaknya memang meminta Komunitas Teater Medan mengisi kegiatan sesuai tajuk, “Pergelaran Seni Sastra” dan tidak menyangka yang ditampilkan ternyata pementasan teater.
Pernyataan Syamsul Tajri itu sejalan dengan paparan Kepala TBSU, Deny Elpriansyah, di dalam pidato laporannya, yang juga menyebutkan kegiatan tersebut merupakan pergelaran sastra.
“Nama kegiatan ini adalah ‘Pergelaran Seni Sastra’, karya Arifin C. Noer, sutradara Munawar Lubis SPd dengan judul ‘Kapai-Kapai’,” ujarnya.
Denny juga mengatakan, maksud dan tujuan kegiatan tersebut untuk memberi kesempatan kepada seniman mempergelarankan hasil karyanya, memberi kesempatan masyarakat mengapresiasi seni budaya Sumatera Utara sebagai media pendidikan dan hiburan, serta sebagai bahan bading bagi seniman lainnya untuk meningkatkan karya seninya.
Terhadap pernyataan Kepala TBSU itu, di kalangan seniman berseliwer pertanyaan, bagaimana mungkin maksud dan tujuan yang terkesan idealis itu bisa diwujudkan kalau ketika mengetengahkan program kegiatan saja tidak sesuai antara tajuknya dengan yang disuguhkan?