Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Washington DC. Serangan udara Amerika Serikat (AS) bersama sekutunya, Inggris dan Prancis, menargetkan sejumlah titik di Suriah. Setidaknya ada tiga target serangan udara untuk menghukum rezim Presiden Bashar al-Assad atas serangan kimia di Douma, pekan lalu.
"Tujuan dari aksi kita malam ini adalah untuk membangun pencegahan yang kuat dalam melawan produksi, penyebaran dan penggunaan senjata kimia," tegas Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya di Gedung Putih pada Jumat (13/4) malam waktu AS dan dilansir Reuters, Sabtu (14/4).
"Respons gabungan dari Amerika, Inggris, dan Prancis terhadap kekejaman ini akan menyatukan seluruh instrumen kekuatan nasional kita: militer, ekonomi dan diplomatik," tegas Trump dalam pidatonya.
Dalam pidatonya, Trump menyebut serangan udara ini ditargetkan ke sejumlah target berbeda, namun tidak menyebut lebih lanjut lokasinya.
Secara terpisah, seperti dilansir CNN, Kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford dalam keterangan pers di Pentagon atau Departemen Pertahanan AS menyatakan ada tiga target serangan udara AS dan sekutunya ini.
Tiga lokasi itu antara lain sebuah pusat penelitian ilmiah di Damaskus, kemudian sebuah fasilitas penyimpanan senjata kimia di sebelah barat Homs dan sebuah fasilitas penyimpanan perlengkapan senjata kimia serta sebuah pos komando penting yang letaknya tak jauh dari target kedua.
Dituturkan seorang pejabat AS kepada Reuters, bahwa serangan ini melibatkan sejumlah rudal jelajah Tomahawk. Tidak diketahui berapa jumlah rudal Tomahawk yang ditembakkan ke Suriah. Dua pejabat militer AS melaporkan setidaknya satu kapal perang Angkatan Laut AS yang ada di Laut Merah berpartisipasi dalam serangan ini. Sejumlah pesawat pengebom B-1 milik AS juga ikut dikerahkan.
Seorang pejabat AS lainnya menyebut target-target serangan ditentukan secara hati-hati. Serangan udara ini, sebut pejabat AS itu, bertujuan untuk merusak kemampuan Assad untuk melancarkan serangan gas kimia beracun di masa mendatang, sembari menghindari risiko menyebarnya serangan ke area sipil.
Tidak diketahui pasti seberapa besar serangan AS dan sekutunya pada Sabtu (14/4) waktu setempat. Namun sejumlah pejabat AS sebelumnya menyebut Trump meminta serangan udara yang lebih agresif dibandingkan serangan tahun lalu. (dtc)