Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Maros. Berpuluh tahun bertaruh nyawa dengan melewati sungai tanpa jembatan, siswa di Dusun Damma, Desa Bonto Matinggi, Maros, Sulsel, menaruh harapan besar pada donatur untuk bersedia menyumbang guna pembangunan jembatan.
Mereka kadung kecewa terhadap pemerintah yang selama ini abai terhadap nasib mereka. Jika tidak dipublikasikan ke detikcom dan kitabisa.com, bisa jadi jembatan yang telah mereka nantikan sejak lama, hanya sebatas impian.
"Kami sangat berterima kasih ke masyarakat yang telah peduli dengan nasib kami. Andai tidak ada, mungkin jembatan ini tidak akan dilanjutkan," kata seorang warga, Arifin, kepada detikcom, Kamis (19/4/2018).
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Maros, Patarai Amir, mengatakan secara pribadi sangat menghargai niat tulus donatur yang telah menyumbang itu. Namun ia mengaku tidak setuju dengan penggalangan donasi yang menurutnya 'menampar' pemerintah kabupaten.
Saat ini, kata dia, pemerintah desa tengah mempersiapkan anggaran untuk membeli tali sling. Dalam tempo dua bulan ke depan, jembatan itu dijanjikan rampung.
Hanya, Kajari Maros, Muh Noor Ingratubun, menegaskan pembangunan jembatan itu seharusnya tidak diswakelola oleh desa. Karena medannya yang sulit dan harus dikerjakan oleh ahli. Takutnya, jembatan itu akan bermasalah di kemudian hari.
"Kalau memang medannya sulit dan membutuhkan ahli, kegiatan itu tidak dilakukan oleh swakelola (desa), tapi dikelola sama dinas PU. Kalau diteruskan, takutnya berisiko," sebut Muh Noor.
Perlu diketahui, tali jembatan yang diperlukan sepanjang 260 meter, yang akan dibagi dalam dua sisi jembatan. Masalahnya, di Sulawesi Selatan tak ada yang menjual tali jembatan itu, sehingga perlu memesannya ke Jawa Timur.
Rencananya, sisa uang patungan untuk membangun jembatan dari detikcom dan kitabisa.com juga akan dipakai untuk perbaikan jalan menuju jembatan.
Pada Kamis (19/4/2018) pukul 19.28 WIB, terpantau sudah ada dana terkumpul sebesar Rp Rp 61.613.350, yang berasal dari 238 donatur.
Donasi dapat diberikan dengan nilai nominal beragam, dari Rp 10 ribu hingga Rp 5 juta. Masih dibutuhkan dana Rp 139 juta lagi untuk membangun jembatan di Maros.
Saat detikcom mendatangi lokasi tersebut pada Minggu (8/4), beberapa siswa baru saja pulang dari sekolah. Mereka menyeberangi sungai menggunakan sebuah ban yang ditarik siswa lainnya.
Karena hanya ada satu, ban tersebut hanya boleh dinaiki siswa SD dan pelajar perempuan. Beberapa siswa lain berenang sambil mengangkat tasnya dengan satu tangan. Ada di antara mereka yang terseret arus hingga beberapa meter dari tempat awal mereka renang.
Kehadiran jembatan betul-betul dibutuhkan warga. Pernah ada seorang ibu yang membawa dua anaknya yang terseret air. Mereka ditemukan tewas.
Seorang warga juga pernah dimakamkan tanpa disalati terlebih dahulu. Sebab, pemuka agama tak dapat menyeberang sungai yang deras.
Pembangunan jembatan di lokasi ini sudah dilakukan sejak 2015. Namun hingga hari ini belum selesai. Pembangunan jembatan terhambat karena tak tersedianya tali jembatan. (dtc)