Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku akan tetap mewaspadai gejolak yang terjadi di dunia. Sebab, hal tersebut berdampak pada surat utang negara yang diterbitkan pemerintah.
"Kita akan terus lihat saja karena situasi market juga kadang-kadang mengalami karena adanya perubahan ini," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (26/4).
Surat utang RI saat ini memang bisa dikatakan tengah sepi peminat.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat surat utang tersebut baru laku terjual Rp 6,15 triliun dari target lima seri yang diterbitkan sebesar Rp 17,02 triliun.
Pemerintah sampai harusmeningkatkan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10% yaitu di posisi 7% atau paling tinggi sejak Juli 2017 agar lebih menarik bagi investor.
Dengan menaikkan yield menandakan bahwa penjualan surat utang pemerintah di pasar sedang menurun. Oleh karena itu kenaikan imbal hasil diharapkan bisa menjadi daya tarik.
Meski demikian, Sri Mulyani menegaskan kebutuhan pembiayaan yang tercantum dalam APBN 2018 pun akan tetap terjaga seiring serapan lima seri obligasi pemerintah ini tak mencapai target.
"Kita akan waspada akan tetap komunikasikan, kebutuhan financing kita akan tetap terjaga sehingga tidak menimbulkan spkulasi," ungkap dia.
Tidak hanya itu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga masih belum ingin mengimplementasikan Bond Stabilization Framework (BSF) di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS). (dtf)