Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menanggapi soal pernyataan tokoh senior Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais agar pengajian yang disampaikan ustaz maupun ustazah disisipi dengan politik. Moeldoko mengatakan, yang menjadi masalah jika politik yang dimuat penceramah itu menjadi politik praktis.
Moeldoko mengatakan, pendidikan politik memang bagus untuk disampaikan ke publik. Namun, jika pendidikan politik itu berubah menjadi politik praktis, itu akan sangat menganggu.
"Kalau pendidikan politik, pendidikan politik itu bagus untuk semua. Tapi begitu manakala diswitch sedikit menjadi politik praktis, di mana kepentingan-kepentingan sesaat untuk kepentingan itu ada istilah itu political civility. Itu mengganggu itu kalau itu terjadi. Jadi tidak murni lagi syiar agamanya," kata Moeldoko saat ditemui wartawan di kantornya, Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (27/4).
"Tapi bahwasannya pendidikan politik itu penting, tapi begitu berubah menjadi politik praktis nanti segala cara dihalalkan, itu yang repot," tambahnya.
Dia juga bicara soal masjid yang dijadikan tempat pendidikan politik. Dia mengatakan, masjid harus dijadikan sebagai tempat syiar yang baik, jangan sampai dikotori oleh pemikiran yang menyimpang.
"Yang paling baik adalah harus dipisahkan di mana masjid itu sebagai tempat syiarnya hal-hal yang bagus jangan dikotori oleh pemikiran-pemikiran yang menyimpang yang pada akhirnya bergeser. Tapi sekali lagi kalau pendidikan politiknya di mana saja bisa diajarkan. Pendidikan politik baguslah. Tapi sekali lagi begitu warnanya berbeda itu yang repot," jelasnya.
Dia pun menilai, ajakan syair politik di tempat ibadah bisa saja menjadi politik praktis. Dia pun menegaskan tak rela jika masjid dijadikan tempat berpolitik praktis.
"Kalau masjid saya juga enggak rela kalau masjid digunakan untuk hal-hal yang seperti itu. Iya toh. Saya dulu kecil tidurnya di masjid, bukan masjid, di langgar, langgar itu surau kecil. Diajarkan bagaimana berperilaku yang baik gitu. Diajarkan bagaimana membangun hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama dan manusia dengan lingkungannya. Itu sangat clear di situ," katanya.
Moeldoko pun menjeklaskan soal bedanya pendidikan politik dengan politik praktis. Pendidikan politik itu cotohnya megingatkan bagi yang sudah berumur 17 tahu, maka dia berhak meyalurkan suaranya pada pemilu.
"Tapi, misalnya 'Nanti kamu kalau sudah usia hak pilih, kamu harus gini-gini, kamu cara kamu', nah, itu pendidikan yang berbeda lagi. Itu sudah mengarah kepada pendidikan politik praktis yang enggak benar. Jadi sekali lagi dalam konteks pendidikan politik, boleh , bagus. Karena itu mengajarkan yang baik-baik. Di dalam teori politik itukan yang hal-hal bagus-bagus berpolitiklah. Tapi begitu bergeser repot," jelasnya. (dtc)