Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pilpres 2019 belum juga dimulai, riak-riak antar-pendukung bakal calon presiden sudah mulai terasa baik di dunia nyata maupun dunia maya. Para pendukung diminta tidak asal mem-posting atau black campaign di media sosial.
"Medsos ruang bebas, tetapi tentu harus ada kontrol individu. Jangan sampai gunakan isu yang tidak jelas basis datanya, karena dengan kompetisi dan polarisasi yang terbelah, sisi saling melapor akan kita temui nanti," ujar Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes kepada wartawan, Senin (30/4).
Salah satu faktor penyebab suhu politik mulai memanas jelang Pilpres 2019 adalah sisa-sisa dari Pilpres sebelumnya di mana Joko Widodo head to head dengan Prabowo Subianto. Oleh sebab itu, Pilpres 2019 diprediksi akan menjadi rematch Jokowi vs Prabowo.
"Dari sisi kandidat hampir memungkinkan maju. Meskipun dari survei publik Jokowi masih tinggi, dugaan saya kompetisi ketat karena ada history kedua tokoh ini. Periode kedua ini, Jokowi yang juga ingin menang dan sisi Prabowo yang masa ke-4 dan umur merupakan momen terakhir karena 2024 muncul tokoh muda," ucap Arya.
Arya menilai tensi politik, baik di dunia nyata maupun maya masih berjalan sewajarnya. Jokowi dan Prabowo dinilai belum saatnya untuk turun tangan menurunkan tensi.
"Saya kira belum. Ini kan wajar-wajar saja menjelang Pilpres proses pre-campaign hal yang wajar. Pendukung Jokowi ingin menyampaikan prestasi pemberitaan kepada publik, begitu juga pendukung Prabowo," tutur Arya. (dtc)