Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan Indonesia menjadi tempat bagi pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un. Mungkinkah tawaran tersebut terealisasi?
Pengamat politik internasional, Hikmahanto Juwana mengatakan, tawaran Jokowi untuk pertemuan tersebut demi mewujudkan perdamaian dunia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Indonesia ingin ikut serta dalam perdamaian antara Amerika Serikat dengan Korut.
"Menurut saya hal itu wajar dan punya legitimasi menawarkan hal tersebut. Hal ini karena untuk perdamaian langgeng dan Indonesia mau turut serta," ujar Hikmahanto, Kamis (3/5).
Agar tawaran pertemuan tersebut terwujud, ada empat hal yang harus disiapkan Indonesia. Hal yang paling utama adalah terkait keamanan. Apalagi kedua tokoh yang bertemu datang dari negara yang memiliki kekuatan militer.
"Syarat pertama, apakah kedua pemimpin mau datang untuk berbicara di Indonesia. Ini berkaitan dengan masalah bagaimana sikap kedua pemimpin terhadap Indonesia. Trust-nya ada nggak. Yang kedua, kalau Indonesia bersedia maka Indonesia harus memfasilitasi Alutsista militer Amerika maupun Korut di sekeliling Indonesia. Kedua kekuatan militer akan minta izin ada di wilayah Indonesia. Kalau ada apa-apa bisa evakuasi dengan cepat," jelas Hikmahanto.
Hal ketiga yang harus dipersiapkan Indonesia apabila ingin menjadi tuan rumah pertemuan Trump-Kim adalah soal tempat. Kemudian posisi Indonesia dalam pertemuan tersebut juga menjadi hal penting. Apakah Indonesia bertindak sebagai tuan rumah saja atau ikut berpartisipasi dalam mewujudkan perdamaian kedua negara yang berseteru itu.
"Indonesia kan luas. Biasanya orang akan bilang di Bali karena Bali memungkinkan pertemuan tingkat tinggi seperti ini. Lalu kesiapan dari kita. Apakah kita akan menyampaikan agenda bagi mereka atau kita membiarkan pemimpin itu duduk 4 mata," papar Hikmahanto.
Selain empat hal itu, Hikmahanto juga menyoroti soal keseriusan Jokowi yang ingin menjadi tuan rumah pertemuan Trump dan Kim Jong-Un. Menurut Hikmahanto, persiapan menyusun agenda pertemuan hingga susunan kekuatan militer untuk pengamanan harus segera dilakukan usai Jokowi menyebut siap jadi tuan rumah.
"Kalau Pak Jokowi sudah ngomong seperti ini, ya jadi atau nggak jadi, ini yang namanya sudah harus bekerja aparat dan sebagainya. Sepanjang 4 syarat tadi bisa dipenuhi, menurut saya Indonesia bisa," kata Hikmahanto.
Sementara itu, Direktur Pusat Kajian Wilayah Amerika, Universitas Indonesia, Suzie Sudarman menilai justru Kim Jong-Un bakalan susah untuk keluar dari wilayah dekat negaranya.
Jika pertemuan antara Trump dan Kim dilakukan, tempatnya pun tidak jauh-jauh dari Korea Utara. Wilayah perbatasan Korsel-Korut atau demiliterisasi (DMZ).
"Saya kira kecil kemungkinannya. Masalahnya Kim Jong-Un nggak mau jauh-jauh. Saya kira pertemuan itu akan digelar di DMZ. Masalahnya kan Jong-Un nggak mau jauh-jauh dari negaranya. Bisa takut diculik atau dibunuh. Persis seperti pertemuan kemarin itu (Korsel-Korut)," ujar Suzie, Kamis (3/5).
Padahal, kata Suzie, Indonesia dan Korut sudah memiliki hubungan sejarah. Presiden Sukarno memiliki kedekatan dengan pendiri Korut yang juga kakek Kim Jong-Un, Kim Il-Sung.
"Padahal sebetulnya potensinya besar. Kakeknya Kim Jong-Un itu sahabatnya Bung Karno," kata Suzie. (dtc)