Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Hubungan Presiden Jokowi dengan Ketua Umum Partai Demokrat SBY naik turun bak putaran roda. Ada kalanya hubungan mereka begitu hangat, kadang-kadang hubungan keduanya hangat-hangat kuku.
Belakangan hubungan Jokowi dan Presiden RI ke-6 itu sebenarnya cukup hangat. Selama tahun 2017 juga tercatat ada beberapa kali pertemuan Jokowi-SBY. Saking hangatnya bahkan SBY semmpat menyebut kemungkinan berjuang bersama Jokowi di Pilpres 2019.
Ada dua pertemuan SBY dan Jokowi yang termonitor sepanjang tahun 2017 silam. Pertemuan yang begitu hangat di bulan Maret dan pertemuan tanpa penjelasan di bulan Oktober 2017.
Suasana pertemuan Jokowi-SBY pada tanggal 9 Maret 2017 lalu berlangsung akrab. SBY diajak berbincang dengan Jokowi di beranda Istana (veranda talk). Seusai pertemuan, SBY dan Jokowi langsung berbicara terkait isi pembicaraan.
Saat itu, SBY memberikan wejangan kepada Jokowi. Selain itu, SBY mengklarifikasi terkait Tim Pencari Fakta (TPF) kematian aktivis HAM Munir Said Thalib hingga aksi 2 Desember atau 212.
Sedangkan pada 27 Oktober 2017 ini, pertemuan juga tetap berlangsung akrab saat Jokowi berbincang dengan SBY di beranda Istana. Namun kali ini, mereka berdua kemudian menggelar pertemuan tertutup di ruang kerja dan tak memberitahu terkait isi pembicaraan selama satu jam ini.
Nah hubungan Jokowi-SBY terlihat begitu hangat kala Jokowi menghadiri Rapimnas PD di SICC, Bogor, pada awal Maret 2018. Kala itu Jokowi menyebut dirinya sebagai seorang demokrat, pun SBY tanpa ragu menyebut PD bisa berjuang bersama Jokowi.
Begitu hangatnya hubungan Jokowi-SBY membuat banyak orang terkejut saat Jokowi tiba-tiba mengungkit mahalnya harga BBM di Indonesia timur tiga tahun silam. SBY yang merasa dikritik pun langsung merespons lewat media sosial dengan kata-kata 'tetap sabar'. Sayang SBY tak mau menjelaskan secara rinci 'pembelaannya' atas kritik Jokowi itu hingga viral di Medsos #SBYJelaskan.
Pakar politik yang juga Direktur Eksekutif Median Rico Marbun melihat pernyataan Jokowi itu memang sengaja ingin memindahkan pertanggungjawaban atas krisis ekonomi sebagai dosa turunan pimpinan sebelumnya.
"Dalam hal ini SBY," kata Rico kepada wartawan, Kamis (17/5).
Hal ini juga bisa dilihat sebagai adu kuat dan panas dingin hubungan Jokowi-SBY yang masih sangat dinamis. Hubungan ini memanas seiring munculnya sejumlah persoalan belakangan ini.
"Apalagi melihat tren stagnannya suara Jokowi dan krisis ekonomi politik dan sosial, posisi Jokowi melemah secara politik," kata Rico.
Rico memandang lontaran Jokowi yang dibalas langsung oleh SBY menunjukkan bahwa Jokowi melihat SBY sebagai musuh laten. "Secara ekonomi kita memang melihat kondisi ekonomi di zaman SBY lebih baik ketimbang zaman Jokowi," katanya.
"Soal guyonan bernada sarkastik terhadap penjelasan SBY itu apakah natural atau pasukan siber simpatisan Jokowi, karena bukan rahasia lagi bullying sistematis kerap dilakukan terhadap tokoh yang kritis, tapi siapa yang melakukan belum pernah terungkap," pungkasnya. (dtc)