Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Masyarakat Indonesia di Belanda menggelar doa bersama untuk para korban dari aksi terorisme yang terjadi belakangan ini. Masyarakat yang terdiri dari kelompok lintas agama dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha menggelar doa bersama di KBRI Den Haag.
Kegiatan doa perdamaian bersama tersebut berlangsung di Ruang Nusantara, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, pada Selasa 22 Mei 2018. Doa bersama ini diselenggarakan sebagai wujud dukungan dan kekuatan bagi korban terorisme di Indonesia, juga sebuah permohonan kepada Tuhan bagi terwujudnya kerukunan antar umat beragama dan perdamaian di Indonesia.
"Doa dan kebersamaan kelompok lintas agama di Belanda ini menegaskan bahwa teror yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu, tidak terkait dengan agama apapun," ujar Minister Counsellor Penerangan & Sosial Budaya KBRI Den Haag, Renata Siagian dalam rilis yang diterima, Rabu (23/5).
Doa bersama tersebut dihadiri 100 warga Indonesia di Belanda. Kegiatan ini juga diselenggarakan menyusul upacara peringatan ke-110 Hari Kebangkitan Nasional yang mengangkat tema "Pembangunan Sumber Daya Manusia Memperkuat Pondasi Kebangkitan Nasional Indonesia di Era Digital."
"Acara siang itu dibuka dengan penyalaan lilin perdamaian oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, bersama lima rohaniwan dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha," kata Renata.
Dalam sambutannya, Duta Besar Wesaka Puja mengucapkan penghargaannya atas prakarsa dan kehadiran para tokoh agama untuk menyelenggarakan acara sekaligus memimpin doa perdamaian bersama. Acara ini dilangsungkan seusai upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional, dengan maksud, agar momentum ini dimanfaatkan untuk menyalakan kembali semangat dan cita-cita luhur yang dinyalakan oleh para founding fathers negara Indonesia lebih dari seratus tahun lalu.
"Tanggal 20 Mei 1908 merupakan hari berdirinya Boedi Utomo, sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr.Soetomo dan beberapa mahasiswa lainnya. Ketika itu, banyak rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai orang Indonesia," kata Wesaka dalam sambutannya.
"Tapi, peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu di Indonesia itu merupakan paradoks dari cita-cita luhur yang telah ditetapkan para pemimpin bangsa," lanjutnya.
Usai doa bersama, kelima tokoh agama tersebut membacakan pernyataan masyarakat Indonesia lintas agama di Belanda, yang terdiri atas 4 butir. Berikut isinya:
1. Mengutuk sekeras-kerasnya tindak kejahatan teroris di Indonesia, baik yang terjadi di Mako Brimob Depok, Jawa Barat, maupun di tiga gereja di Surabaya, dan di tempat-tempat lain di seluruh Indonesia. Perbuatan tersebut merupakan tindak kejahatan kemanusiaan yang sangat biadab dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai moral dan seluruh ajaran agama apapun.
2. Turut berduka cita sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa pada peristiwa tersebut. Semoga Tuhan Yang Maha Adil memberikan tempat yang layak bagi arwah para korban sesuai dengan amal kebaikan, serta keikhlasan, ketabahan dan kesabaran bagi keluarga yang ditinggalkan.
3. Menuntut agar pelaku kejahatan teroris tersebut dihukum seberat-beratnya, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
4. Mendukung segera disahkannya revisi undang-undang antiteroris demi terciptanya keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.(dtc)