Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kurang lebih 6.000 jiwa warga Siulang-aling, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal yang tergabung dalam Keluarga Besar Raja Huta Batong Sutan Barayu Pulungan, Rabu (30/5/2018), menyatakan dukungannya kepada pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Utara, Djarot Saiful Hidayat - Sihar Sitorus (DJOSS). Secara formal dukungan tersebut diserahkan Raja Huta Batong. H Masudah Pulungan kepada koordinator relawan DJOSS, Ricky Sitorus, di posko Relaan DJOSS, Jalan Cipto, Medan.
Kepada medanbisnisdaily.com, putra H Masudah (75), Samsul Bahri Pulungan, menjelaskan mereka merupakan korban perampasan tanah adat seluas kurang lebih 45.000 Ha. Sejak 2014, tanah adat seluas 60.000 Ha yang secara turun temurun mereka kelola dirampas oleh seorang pengusaha.
"Sebenarnya waktu itu melalui acara sosialisasi yang dilakukan bapak saya yang turut dihadiri pihak pemerintah, masyarakat sudah sepakat menolak pengambilalihan tanah adat itu. Tapi kemudian mereka (pengusaha) menguasainya melalui pemberian izin oleh pemerintah," ujar Samsul.
Di atas tanah adat yang berstatus hutan tanaman Industri tersebut kini sudah berdiri PT Anugerah Rimba Makmur.
Samsul mengkalkulasi seluruh kayu di lahan HTI tersebut berjumlah total kurang lebih 740.000m3. Dengan kkayu kualitas ekspor. Jika diestimasi setiap m3 bernilai Rp 16 juta, maka nilai totalnya mencapai Rp 10 triliun-Rp 11 triliun.
Tak cuma tanah adat, Samsul menjelaskan, seorang pengusaha juga selama berpuluh tahun menguasai dua buah gua burung walet yang berada di atas lahan tanah seluas 10-15 Ha. Rakyat tak sedikit pun mendapat keuntungan darinya. Dari hasil panen dua kali dalam setahun, kurang lebih dua ton air liur walet didapatkan pengusaha tersebut.
"Coba hitung berapa kekayaan yang diperolehnya dari gua itu jika per kg liur walet berharga Rp 20 juta," kata Samsul.
Samsul berharap jika kelak Djarot - Sihar terpilih, keluarga pengusaha tersebut mau menjalankan Permenhut No. 39/2012 tentang kemitraan dengan masyarakat setempat. Selain itu, soal infrastruktur jalan, pendidikan serta kesehatan di daerah Siulang-aling juga harus mendapat perbaikan.
"Untuk bisa sampai di Kota Medan ini, kami harus naik perahu selama 3,5 jam ke Padang Sidimpuan, naik bis 5 jam, kemudian naik mobil menuju Medan. Begitu sulitnya karena infrastruktur yang buruk," ujar Samsul.