Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Malang. Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut dua, Saifullah Jusuf menyatakan dukungannya untuk kesejahteraan petani tebu di Jawa Timur. Pria yang akrab disapa Gus Ipul tersebut berharap ada solusi tepat dalam menjawab tantangan yang tengah dihadapi, seperti menyusutnya lahan.
"Solusinya, adalah menjawab tantangan yang ada, lahan terus menyusut tetapi dituntut bisa produksi meningkat dan kesejahteraan petani," ungkap Gus Ipul saat bertemu Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) di Hotel Ubud, Kota Malang, Kamis (7/6/2018).
Ditambahkan Gus Ipul, hasil produksi tebu lokal saat ini sangat jauh bila dibandingkan dengan luar Jatim. Meski demikian, penataan tanam (modernisasi) hingga meningkatkan produksi tebu tetap perlu dilakukan.
"Sekarang produksi gula Jawa Timur sebesar 1,2 ton, sementara nasional 2,4 juta ton. Jadi 50 persennya disumbang Jawa Timur, sementara konsumsi gula hanya sekitar 500 ribu ton, bisa lebih dan membuat 55 persen surplus dan untuk kepentingan nasional," bebernya.
Menurutnya, di tingkatan provinsi bisa dilakukan upaya untuk menjaga stabilitas harga sebagai solusi awal. "Kita sudah punya Perda rendemen, tinggal nanti bagaimana memikirkan bagaimana ketika harga drop (jatuh), apakah kita bisa membantu Bulog untuk membeli melalui BUMD pangan misalnya. Begitu dengan melihat aturannya dahulu dan juga perlu membantu pedagang," terangnya.
Ia mengaku, petani juga memiliki aspirasi yang butuh diakomodasi, yaitu terkait impor gula dengan harga di bawah gula lokal.
"Kita harus mencari cara untuk menyelesaikan hal ini. Untuk bisa produksi dan penghasilan meningkat, ada beberapa pihak. Satu, petani sendiri hadirkan produk yang berkualitas, kedua pabrik mau membeli dengan rendemen ideal, dan kebijakan pemerintah. Nah, yang terakhir, di tingkat kebijakan pemerintah propinsi selain menerapkan Perda juga BUMD pangan," tandas Gus Ipul.
Sementara itu, Dewan Pimpinan Nasional APTRI Soemitro Samadikun sangat mengharapkan, adanya perhatian dalam menyelamatkan harga gula dari rendahnya harga gula impor.
"Mudah-mudahan bisa, dan dulu di tahun 2014 bisa. Importir membeli dahulu gula petani dengan harga yang ideal sehingga gula lokal akan tetap laku," ujar Soemitro terpisah.
Selain itu, Soemitro juga mengatakan dibutuhkan kebijakan rendemen pro petani. Sebab saat ini harga jual gula jauh di bawah Biaya Pokok Produksi (HPP) tebu. "HPP kita Rp 10.600, sedangkan harga gula Rp 9.700, itu saja tidak laku. Karena gula impor harganya jauh di bawah itu," tutupnya. (dtc)