Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta
Menristek Dikti M Nasir tengah menggalakkan pencegahan radikalisme di lingkungan perguruan tinggi. Dia meminta radikalisme tidak dikaitkan dengan agama.
"Jangan sampai hanya berkonotasi pada muslim, nggak. Ada di Sulawesi Utara (Sulut) itu juga bukan muslim. Di sana (Sulut) ingin menjadi negara sendiri. Jadi ada tempat-tempat lain. Di Indonesia timur juga ada,"kata Nasir di Kantor Kemenristek Dikti, Senayan, Jakarta, Senin (25/6).
Selama ini yang terekspos hanya radikalisme kelompok yang membawa-bawa nama Islam. Padahal, radikalisme yang terkait NKRI juga dipantau.
"Tapi yang terekspos besar hanya Islam, padahal nggak, semua ada. Mohon maaf saya katakan ini karena memang ada. Maka, jangan sampai ini dikatakan hanya Islam saja, ada yang lain yang terkait dengan NKRI UUD 1945, tidak hanya Islam saja,"tuturnya.
Senada dengan Nasir, Kepala BNPT Suhardi Alius menyebut pencegahan paham radikalisme tak menstigmakan agama.
"Jangan stigmakan agama. Jadi memang kebetulan yang menjadi acuan adalah penyimpangan-penyimpangan intolerasi yang berkaitan Islam, tapi tidak hanya Islam. Semuanya kena di pantauan kita," sebut Suhardi.(dtc)