Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Upaya pemerintah untuk memperkuat sektor energi terus berlanjut salah satunya lewat pembentukan Holding BUMN Migas. PT Pertamina selaku induk usaha Holding dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) alias PGN selaku sub holding yang punya tanggung jawab penuh mengatur bisnis gas. Apa lagi PGN telah mencaplok 51% saham PT Pertamina Gas (Pertagas).
Lantas apa dampaknya untuk industri gas nasional?
Dengan adanya integrasi di mana Pertagas berada di bawah kendali sub holding PGN, maka pembangunan infrastruktur gas akan lebih terencana dan tertata dengan baik.
Jaringan pipa yang terbangun pun akan lebih panjang sehingga masyarakat yang bisa menikmati layanan gas bumi di Indonesia juga lebih luas
Selama ini, dengan lini bisnis yang serupa, PGN dan Pertagas sering kali bersaing memperebutkan pasar gas yang sama.
Catatan, pipa gas yang dibangun PGN dan Pertagas kedapatan saling silang di beberapa titik. Sebut saja di kawasan Pagar Dewa, Muara Bekaso-Muara, di Lampung dan di Nuantara Regas.
Mengintip laporan kinerja PGN yang dikutip Minggu (22/7), hingga akhir 2017 PGN memiliki 7.454 km pipa transmisi dan distribusi gas. Sementara mengutip laporan kinerja Pertagas, tercatat ada 2.223 km pipa gas yang diliki pertagas lewat Pertagas Niaga. Jika ditotal panjang jaringan pipa dua perusahaan tersebut mencapai 9.677 km. Sebagai sub holding energi, PGN pun menargetkan pertumbuhan pipa transmisi dan distribusi gas akan bertambah lagi 576 km.
Setelah proses akuisisi 51 persen saham Pertagas, total aset PGN berdasarkan laporan keuangan perseroan audit 2017 akan mencapai US$ 7,72 miliar, meningkat dari sebelumnya US$ 6,29 miliar.
Dengan melihat potensi tersebut, Reza menilai harga saham PGAS saat ini terbilang rendah dan berpotensi untuk kembali meningkat. Dia melihat semestinya harga saham wajar PGAS bisa di level Rp 3.000an. (dtf)