Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-New Mexico
Sebuah pesan yang dikirim kepada otoritas Amerika Serikat (AS) telah memicu penggerebekan kamp jorok di tengah gurun Amalia, New Mexico, yang berujung temuan 11 anak yang kelaparan dan menderita. Apa isi pesan itu?
Seperti dilansir media AS, NBC News, Selasa (7/8), pesan yang diterima otoritas AS itu menyinggung soal kehidupan di dalam kamp jorok di New Mexico tersebut. Pesan itu intinya menyebut bahwa orang-orang di dalam kamp jorok itu hidup kelaparan.
Penggerebekan kamp jorok itu dilakukan setelah otoritas Clayton County di Georgia dan Biro Investigasi Federal (FBI) melakukan penyelidikan gabungan selama 2 bulan. Otoritas Clayton County awalnya menyelidiki kasus hilangnya seorang balita bernama Abdul-Ghani Wahhaj (3).
Penyelidikan fokus pada ayah balita itu, Siraj Wahhaj, yang terakhir kali terlihat membawa balita itu pergi ke taman di Georgia pada November 2017. Kemudian dalam buletin pada Desember 2017, ayah balita itu terlihat bersama lima anak dan dua orang dewasa lainnya di Alabama. Mereka sempat terlibat kecelakaan di Alabama sebelum melanjutkan perjalanan ke New Mexico.
Sheriff Taos County di New Mexico, Jerry Hogrefe, menyebut para agen FBI telah memantau area Amalia yang menjadi lokasi kamp jorok itu selama berminggu-minggu, namun tidak mendapatkan alasan kuat untuk melakukan penggeledahan.
Situasi berubah saat para detektif di Georgia mengirimkan sebuah pesan ke kantor Hogrefe. Pesan itu awalnya dikirimkan oleh pihak ketiga kepada para detektif di Georgia. Pesan itu berkaitan dengan kamp jorok yang sedang dipantau FBI di New Mexico.
"Kami kelaparan dan butuh makanan dan air," demikian bunyi pesan itu.
Hogrefe meyakini ada alasan kuat untuk meyakini bahwa pesan itu datang dari seseorang yang tinggal di kamp jorok di New Mexico.
Sedikitnya 11 anak yang berusia antara 1-15 tahun ditemukan dalam kondisi memprihatinkan di kamp jorok dan kumuh itu. Mereka kelaparan dan menderita, juga tidak memakai pakaian yang layak. Di kamp jorok itu sendiri tidak terdapat makanan dan minuman, juga tidak ada aliran air bersih serta listrik. Diduga anak-anak itu sudah beberapa bulan tinggal di kamp itu. Tidak diketahui pasti bagaimana mereka bisa berada di lokasi itu.
Dua pria dan tiga wanita ditangkap dalam penggerebekan di kamp itu pada Jumat (3/8) lalu. Tiga wanita yang ditangkap diyakini merupakan ibunda dari 11 anak yang kelaparan itu. Sedangkan dua pria yang ditangkap diidentifikasi sebagai Siraj Wahhaj dan Lucas Morten. Mereka dijerat 11 dakwaan penganiayaan anak karena membiarkan anak-anak itu tinggal dalam kondisi jorok di kamp yang terbuat dari sampah dan truk trailer bekas.
Sementara itu, hingga kini otoritas AS terus mencari keberadaan balita Abdul-Ghani Wahhaj yang masih hilang.(dtc)