Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pemerintah meminta PT PLN (Persero) mengurangi bahan baku impor. Pasalnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kian melebar.
Merespons hal tersebut, Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman memastikan proyek yang sudah mencapai tahap financial close atau penyelesaian pembiayaan tidak akan terganggu.
"Kalau proyeknya sudah berjalan nggak bisa dong diberhentikan. Tapi ya kondisi ini yang membuat PLN harus berhitung ulang," katanya di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu (15/8).
Namun, PLN akan mengevaluasi daftar keseluruhan (masterlist) barang yang diminta pemerintah untuk dikurangi impornya. Sehubungan dengan itu akan ada penundaan impor bahan baku proyek yang belum financial close.
"Karena ada permintaan menunda masterlist kan hasil hasil kemarin masterlist, tapi kan yang ditunda itu adalah proyek proyek yang kalau bu menteri bilang belum financial close. Yang belum financial close itu yang diminta untuk di-review," paparnya.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, yang kemungkinan di-review yakni di proyek-proyek dari Independent Power Producer (IPP).
"Kan yang paling banyak di IPP ya pasti yang kayak gitu, karena kalau yang di PLN financial close-nya kita tergantung loan. Itu juga nggak banyak yang kita lakukan seperti itu, karena di transmisi umumnya kita ambil di dalam negeri ya untuk konduktor, tower, gardu, sekarang kita sudah punya pabrik di sini, ada trafo," jelasnya.
"Makanya kita akan cek, mungkin yang paling banyak nanti yang akan terlihat itu mungkin yang di IPP nya, ini baru mungkin. saya belum punya data persis," sambungnya.
Dia memastikan pihaknya siap menjalankan permintaan pemerintah agar PLN mengurangi impor.
"Karena kan kita sekarang untuk masuk di tahun 2020, 2021, 2022 kita akan lihat itu ke depannya. PLN sih siap saja. Kan kita sekarang sudah bikin pabrik," tambahnya. (dtf)