Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Padanglawas Utara. Kabar menggembirakan datang dari Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS), di Desa Batu Nanggar, Kecamatan Batangonang, Kabupaten Padang Lawas Utara Dalam tiga bulan terakhir telah lahir 3 bayi gajah sumatra (elephas maximus sumatranus).
Pertama pada 16 Juni 2018, gajah induk bernama Dini (30) sekitar pukul 05.00 WIB melahirkan anak gajah seberat 77,44 kg. Gajah betina tersebut oleh Menteri Lingkungan dan Kehutanan RI, Sity Nurbaya Bakar diberi nama Fitri karena lahir saat hari raya Iedul Fitri. Saat ini kondisi anak gajah tersebut dalam keadaan sehat dan sudah bisa berdiri serta berjalan.
Gajah Dini, adalah gajah jinak yang sebelumnya menghuni di Pusat Latihan Gajah (PLG) Holiday Resort, Aek Raso, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Baru pada bulan Mei 2015 resmi pindah ke BNWS. Dengan kelahiran anak gajah Fitri, maka bertambahlah populasi gajah di BNWS yang semula 12 ekor menjadi 13 ekor.
Kemudian, pada 17 Juli 2018 pukul 20.30 WIB, induk gajah bernama Carry melahirkan anak gajah. Anak gajah berkelamin jantan, dengan berat badan 117 kg, lingkar dada 116 cm, tinggi Badan 87 cm lahir pada hari Selasa, 17 Juli 2018.
Kelahiran ini merupakan anak kedua dari gajah Carry. Carry adalah gajah jinak berusia 35 tahun yang berasal dari Palembang dan ditempatkan di Pusat Latihan Gajah (PLG) Holiday Resort, Aek Raso, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Baru pada bulan Mei 2015 resmi pindah ke Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS).
Kondisi anak gajah yang diberi nama Sutan tersebut dalam keadaan sehat dan belum bisa menyusu pada induknya karena tinggi badan induk tidak terjangkau anak gajah. Saat ini mahout/pawang gajah memberikan susu yang diperas dari induknya dengan memakai dot, dan untuk menambah kebutuhan anak gajah diberikan tambahan susu formula. Anak gajah juga dilatih untuk bisa menyusu dari induknya dengan cara menaikkan anak gajah pada papan yang dibuat agak tinggi.
Pemantauan anak gajah dilakukan selama 24 jam oleh Balai Besar KSDA Sumatera Utara dan Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) serta didampingi oleh drh. Anhar dari Vesswic sampai anak gajah mampu menyusu langsung pada induknya dan dinyatakan kondisinya dalam keadaan sehat dan stabil. Peristiwa kelahiran gajah kali ini menambah populasi gajah di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) yang semula 13 ekor menjadi 14 ekor.
Terakhir, pada 3 Agustus 2018, satu ekor lagi anak gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) bernama Uli lahir di Barumun sehingga menambah jumlah populasi gajah di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) menjadi 15 ekor. Adapun anak gajah berjenis kelamin betina lahir pada hari Minggu tanggal 29 Juli 2018 pada pukul 23.00 WIB dengan proses kelahiran normal.
Anak gajah yang berasal dari indukan betina Poppy dan indukan jantan Dwiky lahir dengan berat badan 96,49 kg tinggi badan 86 cm dan lingkar dada 107 cm. Saat ini kondisi anak gajah sehat, aktif dan sudah langsung menyusu pada induknya. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut), Hotmauli Sianturi mengatakan, kelahiran bayi-bayi gajah di BNWS bisa menjadi model bagi tempat-tempat lain sebagai pembelajaran mengingat tantangan populasi gajah sumatera adalah persoalan habitat.
"Sebenarnya dalam dua bulan terakhir ada 4 kelahiran. Cuma yang satu ada insiden kecil dari induk yang kurang berpengalaman sehingga tak berumur lama. Ini bisa menjadi model yang berhasil. Harapan kita ini bisa berkembang, menjadi pembelajaran di tempat-tempat lain. Dengan model semi liar (wild). Gajah-gajah ini dikandangkan tapi juga diangon seperti keadaan alami," katanya di Barumun, Selasa (14/8/2018.
Peningkatan populasi gajah sumatra ini merupakan buah manis kerjasama antara BBKSDA Sumut dengan BNWS yang dimulai sejak tahun 2016. Hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan upaya konservasi gajah eksitu di Sumut. Diharapkan kelahiran anak gajah di Sumut bisa menjadi pengobat kesedihan hati akibat kematian gajah yang baru-baru ini terjadi di Aceh (gajah bunta).
BBKSDA Sumut saat ini mengelola konservasi gajah eksitu di 3 (tiga) tempat sebanyak 22 ekor yaitu Pusat Latihan Gajah Holiday Resort Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan sebanyak 3 (tiga) ekor, Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) Desa Batu Nanggar Kecamatan Batangonang Kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 15 (limabelas) ekor, Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun sebanyak 4 (empat) ekor.
Seperti diketahui bahwa status konservasi gajah sumatera adalah satwa dilindungi dan berstatus Kritis (Critically Endangered) menurut IUCN serta tercantum dalam lampiran I CITES. Hilangnya habitat menjadi ancaman utama menurunnya populasi gajah, selain perburuan dan konflik manusia dan satwa liar gajah. Perubahan habitat meningkatkan kerentanan terhadap kelestarian populasi dimana gajah sumatera sangat tergantung pada habitat yang luas sesuai dengan tuntutan kebutuhan pakan, air dan ruang.