Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Deli Serdang. Mushola yang satu ini terbilang istimewa. Betapa tidak, meski kecil dan sederhana –bangunan utama sekitar 6x6 meter- dan hanya beberapa meter jaraknya dari rel jalur kereta api ke Kuala Namu yang baru dibangun, namun semangat jemaahnya untuk berkurban sangat tinggi.
Hari ini, bertepatan dengan Hari Raya idul Adha, Mushola Nurul Huda yang terletak di sebuah gang kecil dan buntu di Jalan Rambungan I Desa Bandar Klipa, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ini melaksanakan penyembelihan hewan kurban sebanyak 10 ekor lembu.
“Kesepuluh ekor lembu qurban itu merupakan qurban jamaah warga Dusun 8 Rambungan I dan sekitar mushola baik kaum bapak maupun kaum ibu perwiritan, ” kata Kepala Dusun 8 Rambungan 1 Suryadi BS yang lebih popular dipanggil Wak Adi. Ia didampingi Ketua BKM Mushola Nurul Huda, Syamsuri dan pengurus lainnya.
Diterangkan, setiap satu ekor lembu terbagi 7 bagian, dimana setiap bagian qurban Rp 2 juta per orang. Daging kurban dibagikan kepada kaum muslimin muslimat di Dusun 8 Rambungan I dan sekitarnya.
Jumlah 10 ekor lembu kurban menurut Wak Adi hampir setiap tahun. Bahkan terkadang lebih dari 10 ekor.
Adapun jamaah Mushola Nurul Huda maupun warga Dusun 8 Rambungan I Bandar Klipa terdiri dari berbagai etnik dan bidang pekerjaan. Mulai dari asisten rumah tangga, tukang bangunan, pedagang kecil, hingga pegawai negeri dan swasta.
Mayoritas penduduk dusun ini 90% beragama Islam. Kaum ibunya dikenal aktif mengadakan pengajian rutin dan perwiritan, termasuk wirid akbar kabupaten Deli Serdang. Sedangkan kaum bapaknya mengadakan perwiritan setiap malam Jumat.
Pada waktu solat magrib dan isya, jamaah Mushola Nurul Huda selalu penuh. Demikian pula pada waktu sholat Tarawih di bulan Ramadhan yang juga diisi tausyiah 3 sampai 4 kali sepekan.
Sementara pada pelaksanaan sholat Idulfitri serta Idul Adha jemaah meluber hingga ke halaman rumah warga. Suara klakson kereta Bandara Kuala Namu maupun Rantau Prapat sudah biasa terdengar nyaring melengking saat sholat karena lokasi mushola sangat dekat dari rel, namun jamaah selama ini tidak merasa terganggu. Mushola itu sendiri dibangun dari swadaya masyarakat di atas tanah wakaf Haji Cokro semasa hidupnya.