Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan kepada Komisi XI dewan perwakilan rakyat (DPR) tentang tantangan perekonomian di 2019.
Hal itu diungkapkan pada saat raker Komisi XI tentang pembahasan RAPBN tahun anggaran 2019 di ruang rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Senin (10/9/2018).
"Kami akan memulai update perekonomian global, dan ini setiap hari begitu dinamisnya semenjak pengesahan lalu," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan perkembangan ekonomi di tahun 2019 masih akan dihadapkan ketidakpastian global yang berasal dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Sri Mulyani mengatakan, kebijakan normalisasi negeri Paman Sam ini akan meningkatkan suku bunga yang mengundang terjadinya capital outflow atau keluarnya arus modal dari negara-negara berkembang dan kembali ke AS.
"Perkembangan ekonomi global narasinya pemulihan sejak 2017 nampaknya akan ditinjau kembali karena pemulihan ekonomi dunia menunjukkan risiko yang meningkat," tambahnya.
"Diakibatkan beberapa faktor pertama normalisasi AS, itu ada dua. Pertama tingkat bunga dan likuiditasnya," ujar dia.
Selain normalisasi moneter, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan bahwa perang dagang dengan Tiongkok pun masih menjadi momok yang memberikan dampak terhadap perekonomian nasional di tahun depan.
Inti dari normalisasi moneter di AS, kata Sri Muyani adalah keinginan Presiden Donald Trump agar sektor manufaktur negara Adidaya itu semakin kuat dan tidak lagi bergantung dengan impor.
"Arah kebijakan AS meminta manufaktur kembali ke AS, ini tidak hanya dilakukan ke RRT tapi Kanada, Eropa, dan Jepang," tutup dia.(dtf)