Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Meja Inspirasi bekerja sama dengan D’jong Cafe kembali menggelar Dzikir Politik. Edisi Dzikir Politik kali ini bertema “Kampanye Sebagai Esensi dan Strategi Pemilu”, di D’jong Cafe, Jalan Wiliem Iskandar, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Rabu (17/10/2018) malam.
Hadir sebagai pembicara dalam kesempatan itu antara lain salah satu Pendiri Medan Utara Institute Muhammad Asril, praktisi hukum sekaligus politisi Partai Golkar Irham Buana Nasution, dan pengamat politik Andi Wiliandi.
Dalam kata sambutannya, Pendiri Meja Institute Ahmat Faury menyampaikan bahwa lembaganya itu bersama D’jong Cafe akan terus berkomitmen menjadikan aktivitas nongkrong mahasiswa dan kelompok anak muda lainnya lebih bermakna.
“Mahasiswa dan pemuda sekarang lebih hobi nongkrong di warkop. Oleh karena itu, kita akan terus berkomitmen membuat nongkrong mereka jadi lebih cerdas dengan adanya Dzikir Politik ini,” katanya.
Usai Ahmat Faury memberikan kata sambutannya, Muhammad Asril sebagai pembicara pertama langsung diberi kesempatan untuk menyampaikan pemaparannya terkait tema yang telah ditentukan.
“Sebagai pendatang baru, sebagai anak muda juga, saya punya prinsip bahwa anak muda jangan menjanjikan masa lalu, tapi menawarkan masa depan,” ujarnya.
Asril yang juga merupakan Caleg DPRD Kota Dapil Medan II dari Partai Golkar itu menjelaskan bahwa kampanye tidak selalu menjadi janji palsu.
“Hanya orang-orang yang tak bertanggungjawab yang mengeluarkan janji-janji palsu. Sementara kami di Medan Utara, janji yang kami berikan merupakan pengembangan dari yang sebelumnya telah kami lakukan. Ke depan, kami akan berusaha untuk mendorong pemerintah dan stakeholder untuk membangun balai latihan kerja di Medan Utara,” jelasnya.
Sementara Irham Buana, menekankan tentang pentingnya kampanye sebagai sarana untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat tentang calon pemimpin yang akan dipilih.
“Rakyat dalam pemilu itu bukan objek, tapi subjek. Oleh karena itu rakyat adalah pemangku utamanya. Kampanye adalah salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut. Selain penting agar rakyat dapat melihat secara objektif kualitas calon pemimpin yang akan dipilih, kampanye juga diharapkan mampu meningkatkan partisipasi pemilih,” jelas Irham.
Irham yang akan bertarung di Dapil Sumut I sebagai Caleg tingkat provinsi itu juga mengungkapkan bahwa dirinya akan menjadikan kesadaran politik sebagai poin penting dalam berkampanye.
“Itu bisa terbangun ketika masyarakat tidak melihat pemilu sebagai dagang ekonomi, tapi kalau hanya dilihat sebagai dagangan ekonomi dan tradisi tahunan, maka tidak akan ada perubahan,” ungkapnya.
“Tapi jika ada sekelompok masyarakat yang ingin membuat perubahan, harus memihak dan memilih calon berdasar pandangan etis dan moral, serta kesadaran politik,” sambung Irham.
Selain itu, Irham berharap pemilu 2019 nanti dapat melahirkan pemimpin yang benar-benar mampu mewakili masyarakat.
“Pemimpin itu lahir tidak karena adanya tekanan politik, bukan karena ada kepentingan ekonomi, tapi lahir secara terstruktur dan kultur,” tegasnya.
Sedangkan Andi Wiliandi dalam pemaparannya menyebutkan bahwa saat ini para caleg atau calon pemimpin tidak cukup menciptakan strategi ampuh dalam berkampanye. Tapi juga menjadikan kampanye menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman.
“Jika para caleg mampu melakukannya, maka masyarakat lebih mudah untuk memahami visi dan misi yang disampaikan. Meningkatkan partisipasi pemilih pemula melalui kampanye juga menjadi tanggung jawab caleg,” tandasnya.